JURNAL GAYA - Kaisar Romawi, Heraclius, pernah bertanya kepada Abu Sufyan tentang nasab Nabi Muhammad,
كَيْفَ نَسَبُهُ فِيكُمْ قُلْتُ هُوَ فِينَا ذُو نَسَبٍ.
“Bagaimana nasab laki-laki itu di kalangan kalian? "Ia adalah seorang yang memiliki nasab terhormat”, jawab Abu Sufyan yang saat itu masih kafir. (al-Anwar fi Syama-il an-Nabi al-Mukhtar, Bab Alamat Nubuwatihi ﷺ, Hadits No:36).
Ya, Nabi kita Muhammad memang sosok yang komplit. Menarik penampilannya. Fasih tutur katanya. Mulia pergaulannya. Lembut tabiatnya.
Baca Juga: VIRAL Tolak Vaksin, PDI Perjuangan Pindahkan Ribka Tjiptaning di DPR RI
Tak pernah berdusta. Dan memiliki garis keturunan mulia. Sehingga pengakuannya sebagai Nabi tidak dituduh untuk cari tenar. Karena keluarganya sudah terkenal dengan keutamaan.
Bukan untuk panjat sosial. Karena kedudukan sosialnya sudah tinggi sejak buyut-buyutnya. Tak ada celah bagi orang-orang untuk menolak apa yang ia sampaikan. Kecuali kesombongan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki silsilah nasab mulia. Ayah, kakek, buyut, dan terus ke atas, masing-masing adalah tokoh dan pemuka di zamannya. Mereka semua menduduki tempat mulia di masyarakat Arab.
Baca Juga: Hujan Intensitas Tinggi, 260 Rumah Pada 4 Kecamatan di Malang Terendam Banjir