Luar Biasa! Jabar Saber Hoaks Terima Aduan Hoaks Vaksinasi Covid-19 Capai 182

- 21 Januari 2021, 21:02 WIB
Hoaks Vaksin Sinovac punya efek samping pembesara alat kelamin
Hoaks Vaksin Sinovac punya efek samping pembesara alat kelamin /covid.go.id/

Masyarakat, kata dia, diharapkan lebih teliti dan kritis saat mengakses informasi. Jika ragu akan informasi yang didapatkan, masyarakat dapat mengonfirmasi ke JSH sebelum memercayai informasi tersebut.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti mengatakan, hoaks vaksinasi COVID-19 dapat memicu kebingungan di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat sulit membedakan infomasi yang benar dan bohong.

"Tentu saja yang paling utama adalah menghambat upaya mengatasi pandemi. Publik dibingungkan dengan banjir hoaks vaksinasi, sehingga (masyarakat) mengambil keputusan yang keliru,"  kata Santi.

"Bukan hanya mendorong pada keputusan yang salah, hoaks vaksinasi juga menimbulkan penolakan terhadap vaksin-vaksin lainnya yang sudah lebih lama beredar dan sangat diperlukan untuk kesehatan masyarakat," imbuhnya.

Baca Juga: Kasus Rafii Ahmad Dihentikan, Ini Alasan Polisi 'Raffi Ahmad Datang Tak Diundang'

Hoaks vaksinasi COVID-19, kata dia, beredar melalui beragam saluran. Santi menilai, hoaks yang tersebar di grup aplikasi percakapan akan sulit dilacak. Selain itu, hoaks tersebut akan mudah dipercayai oleh anggota grup.

"Karakter grup aplikasi percakapan juga unik. Dalam grup, selalu ada opinion maker yang posisi sosialnya di grup sangat terhormat. Misalnya, yang sepuh-sepuh, yang senior, yang dianggap sangat berilmu, sangat beragama," katanya.

"Opinion leader justru pihak yang sangat rentan terpapar oleh hoaks. Maka, ketika hoaks beredar di grup aplikasi percakapan, anggota lain tidak berani mengklarifikasi karena takut dianggap 'cari perkara'," imbuhnya.

Santi mengatakan, hoaks vaksinasi COVID-19 selalu dikemas dengan bahasa dan pendekatan emosional. Hoaks pun selalu berisi informasi yang menakutkan di tengah masyarakat.

"Yang ditonjolkan adalah fear atau ketakutan, dan ini _nyambung pisan_ dengan psikologi publik saat berhadapan dengan ketidakpastian, ketidaktahuan, dan kecemasan di tengah situasi pandemi," katanya.

Halaman:

Editor: Qiya Ameena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x