JURNAL GAYA - Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo sebelumnya mengaku sempat menolak melakukan kudeta Partai Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Tak hanya itu, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini pun mengaku menolak diberi jabatan sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Ia menyatakan, persoalan moral dan etika lebih penting ketimbang sebuah jabatan.
Dalam kesempatan itu, ia mengakui bahwa memang sempat ada tawaran untuk menggulingkan kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, seperti yang dilakukan oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko saat ini.
Baca Juga: Kadin Jabar Dukung Penuh Anindya Jadi Ketum, Titip Pesan Bawa Investor ke Jabar!
Hanya saja mengingat jasa yang telah diberikan oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada dirinya, Gatot dengan tegas menolak tawaran tersebut.
Di antaranya pernah dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
"Dari ini terus saya harus menurunkan putra SBY yaitu AHY dan saya gantikan, ya saya katakan moralitas dan etika saya tidak bisa," ujar Gatot.
Namun rupanya sikapnya yang menghormati senior tidak hanya ditunjukkan saat menolak mengkudeta Partai Demokrat.