Teks Ceramah Singkat Tentang Memaknai Peristiwa Malam Nuzulul Quran di Era Milenial

- 4 April 2023, 15:31 WIB
Teks Ceramah Singkat Tentang Memaknai Peristiwa Malam Nuzulul Quran di Era Milenial
Teks Ceramah Singkat Tentang Memaknai Peristiwa Malam Nuzulul Quran di Era Milenial /JG/Rizka/Pixabay DarwiSalwan

Justru sebaliknya, perbedaan tersebut menjadi rahmat. Bagaimana tidak? Perbedaan itu pada gilirannya menjadi ajang produksi ilmu yang tiada henti.

Misalnya saja, suatu ketika Imam Al-Ghazali (1058-1111) menganggap bahwa kaum filsuf yang ada di dunia Islam saat itu tidak tepat dalam memahami proses penciptaan alam semesta dengan konsep emanasi.

Atas ketidaksepakatannya maka menulislah Imam Al-Ghazali dengan sebuah karya berjudul Tahafut al-Falasifah (Kesalahan para Filsuf).

Dalam konteks Nusantara pertentangan semacam ini juga terjadi, bahkan lebih keras.

Di awal abad ke-16 terdapat tokoh dari India bernama Syekh al-Burhanpuri (w. 1620) menulis buku Attuhfah al-Mursalah, yang berisi tentang ajaran tasawuf falsafi (bercorak filsafat).

Di masa berikutnya, Ibnu Rusyd (1126-1198) yang kurang sepakat dengan pandangan Al-Ghazali lalu menulis sebuah karya dengan judul Tahafut al-Tahafut (kesalahan buku Tahafut). 

Pada masa berikutnya, muncul seorang ulama yang melakukan moderasi bernama Abdurrauf al-Sinkili menulis kitab Tanbih al-Masyi.

Al-Sinkili berusaha menengahi pertentangan antara al-Sumatrani dan al-Raniri.

Sampai disini, tampak bahwa pertentangan di antara para ulama ini menjadi produksi kitab-kitab bermutu.

Meskipun menjadi ajang kontestasi, akan tetapi hal semacam ini amat baik jika dapat dicontoh oleh generasi milenial.

Halaman:

Editor: Dini Budiman

Sumber: Bincang Syariah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x