BLT UMKM Diperlukan, tapi Momentumnya Terlambat, Terlanjur Banyak yang Terpuruk

- 8 September 2020, 10:15 WIB
Produk unggulan UMKM Jabar
Produk unggulan UMKM Jabar /Dok. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar

JURNAL GAYA - Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat diperlukan, tapi momentumnya terlambat. Pasalnya, saat ini sudah banyak pelaku usaha mikro yang usahanya terlanjur terpuruk akibat menjadi korban pandemi Covid-19.

Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Jawa Barat (Jabar), Iwan Gunawan, mengutarakan hal itu saat dihubungi Jurnal Gaya, Selasa, 8 November 2020. Diungkapkan Iwan, dengan kondisi tersebut, BLT senilai Rp 2,4 juta tersebut berpotensi lebih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumtif, dibandingkan produktif.

Dia mengatakan, "Bukan tidak bagus, bukan. Program ini bagus, hanya saja terlambat. Akan tetapi, harus diteruskan."

Baca Juga: Data Calon Penerima BLT BPJS Ketenagakerjaan Tahap III Disetorkan Pekan Ini

Iwan menilai, alangkah lebih baiknya jika program tersebut digulirkan lebih awal, saat pandemi Covid-19 baru masuk ke Indonesia. Dengan demikian, akan lebih banyak UMKM, khususnya usaha mikro, yang terselamatkan.

"Ketika pandemi menghantam, UMKM langsung terdampak karena daya tahan dan kekuatan permodalan mereka sangat rendah. Dari titik inilah sebetulnya mereka sudah membutuhkan bantuan permodalan untuk bisa bertahan," ujar Iwan.

Kalau sekarang, menurut dia, kemungkinan besar BLT yang digulirkan pemerintah akan lebih banyak digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dibandingkan menjadi modal usaha.

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Diperpanjang Hingga Kuartal I 2021, KSPI: Itu Mustahil Dilakukan

Pasalnya, selain karena mereka banyak kehilangan pendapatan selama pandemi dan membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saat ini serapan pasar juga melambat. 

"Supply produk terganggu, serapan anjlok karena daya beli masyarakat merosot. Dampak pandemi semakin terasa berat," ujar Iwan.

Dengan kondisi seperti ini, ia menilai, BLT saja tidak cukup. Pemerintah harus melengkapi program BLT dengan pendampingan bagi pelaku usaha dan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Baca Juga: UMKM yang Belum Dapat BLT Rp 2,4 Juta Masih Bisa Mendaftar, Ini Caranya

"Akibat pandemi, lebih dari 70% UMKM terdampak, khususnya yang berskala mikro. Hanya sebagian kecil yang mampu bertahan dan meningkatkan kinerja usaha selama pandemi," kata Iwan.

Iwan melanjutkan, diantara mereka ada yang mengalami gulung tikar, ada yang beralih sektor usaha, dan ada tetap melanjutkan usaha dengan omzet yang anjlok signifikan. Seiring berjalannya waktu, menurut dia, dampaknya semakin terasa berat bagi UMKM.

"Kasus Covid-19 terua melambung. Sebagian masyarakat semakin takut berbelanja dan sebagian lainnya mengalami penurunan daya beli," tutur Iwan.

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Tahap I dan II Telah Tersalurkan, Ini Daftar Provinsi Penerima di Indonesia

Persoalan utamanya, menurut dia, sebahian besar produk UMKM Indonesia ditujukan kepada end user. Berbeda dengan UMKM di luar negeri yang juga membidik industri, sehingga pasar mereka sudah jelas karena terikat kontrak.

"Pelaku UMKM di Indonesia mayoritas bergerak di sektor fesyen, makanan minuman, dan kerajinan. Pasarnya langsung end user," katanya.
 
Oleh karena itu, ia menikai, penanganannya harus lebih komprehensif, jangan hanya sebatas BLT, agar memiliki daya ungkit besar untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, khususnya kondisi UMKM.***
 
 
 

 

Editor: Nadisha El Malika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah