Ini Terobosan Prof. Obi Tentang Belajar Daring di Masa Pandemi Covid 19

- 16 September 2020, 22:36 WIB
Praktisi pendidikan Prof. Obsatar Sinaga menjadi salah seorang pembicara dalam sebuah dialog interaktif di SMA N 3 Bandung
Praktisi pendidikan Prof. Obsatar Sinaga menjadi salah seorang pembicara dalam sebuah dialog interaktif di SMA N 3 Bandung /Jurnalgaya/denny suryadharma/

JURNALGAYA. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa pandemi covid - 19 berlaku di semua sektor, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Suka atau tidak suka, kebiasaan baru dalam proses belajar mengajar pun terjadi. Riak dan dinamika pun terjadi karena mayoritas tidak siap dengan kebiasaan yang terjadi. Satu diantaranya adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Baca Juga: Fokus Pada Transformasi Digital, KAI Gandeng Blue Bird Hadirkan Layanan Last Mile

Terkait dengan hal itu, Praktisi Pendidikan Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga berpandangan jika penguasaan teknologi informasi mutlak dikuasai pada saat ini, termasuk dalam dunia pendidikan.

"Masyarakat harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi (TI) sebagai sarana prasarana belajar. Karena makin ke sini pembelajaran tatap muka langsung bisa jadi intensitasnya akan semakin berkurang." Ungkap Prof. Obi sapaan akrab Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga dalam dialog interaktif pendidikan  RRI Bandung di SMAN 3 Kota Bandung, Rabu 16 September 2020, berkolaborasi dengan Forum Wartawan Pendidikan (FWP) Jabar.

Baca Juga: Sandiaga Uno Mengenang Sekda Saefulllah Sangat Peduli ke Ekonomi Kecil

Ke depan, Ujarnya, pembelajaran seperti yang dilakukan seperti sekarang ini dengan cara daring dan modul akan terus dilakukan. Oleh karena itulah, penguasaan teknologi infomasi mutlak dimiliki. JIka tidak menguasai maka akan semakin tertinggal.

Rektor Universitas Widyatama ini memaparkan, jauh sebelum pandemi covid 19, kampusnya sudah menerapkan pembelajaran secara daring dan modul ini. Hasilnya banyak waktu dan biaya yang bisa dipangkas.

Baca Juga: Rekor Baru, Kasus Positif Harian Covid-19 Capai 3.963

"Saya sudah menerapkan, perkuliahan dilaksankan selama dua hari dalam sepekan dan berhasil. Artinya jika ini diterapkan di seluruh Indonesia, saya kira biaya kuliah akan lebih terjangkau oleh masyarakat luas" terangnya.

Hal tersebut, tegasnya, akan mengurangi beban pengeluaran mahasiswa seperti makan, transportasi, parkir dan lainnya. Sehingga kedepan tidak ada lagi orangtua yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan.

Baca Juga: Piringan Hitam Gold Edition NOAH Jatuh Kepada Raffi Ahmad, Dibayar 260 Juta

Prof. Obi mengilustrasikan pola penerapan kuliah dua hari ini,
dalam satu hari ada sembilan Satuan Kredit Semester (SKS), kalau sembilan SKS dibagi tiga mata kuliah, maka satu mata kuliah tiga SKS.

"Kalau dua hari dikali sembilan SKS, sudah 18 SKS. Cukup kan kalau paket itu 18 SKS. Persemester jadi tidak usah mengambil 24 SKS. Toh nanti juga lulus di semester tujuh." Ujarnya.

Demikian juga saat tugas terakhir, hanya ngambil enam SKS. Jadi kalau ada kurang-kurang tinggal ditaruh saja di semester terakhir.

Artinya, unkap Prof. Obi, apabila dalam satu minggu hanya dua hari kuliah tatap muka seperti biasa, maka sisanya bisa digunakan untuk praktek, kursus, bekerja dan lain-lain.

Baca Juga: Besok Dana Rp2,84 triliun Ditransfer ke Akun Virtual Peserta Kartu Prakerja Gelombang 8

Di Universitas ternama dunia orang sekarang belajar atau kuliah sambil kerja. di kantor buka komputer tapi di sebelahnya dia sambil belajar menggunakan modul.

Sehingga tidak perlu bertatap muka langsung dengan dosennya. Juga tidak perlu repot-repot mencari buku karena sudah ada, karena perpustakaan sudah virtual, mau mencari buku apa mudah karena bisa melihat buku elektronik (ebook) dan hal itu bisa dilakukan sambil bekerja.

"Belajar/kuliahnya secara online memakai server dan modul, bisa diimplementasikan di sekolah pada kondisi seperti sekarang ini” pungkasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Kepala SMA N 3 Bandung, Iwan Setiawan juga sependapat dengan Prof. Obi mengenai pengusaan teknologi Informasi dan efisiensi waktu belajar.

Baca Juga: Jadi Duta Kuliner, Ridwan Kamil Ingatkan Ade Londok Berbahasa Lebih Sopan

Pola pembelajaran Belajar Dari Rumah (BDR) yang diterapkan di sekolahnya mengacu pada pola pembelajaran BDR hasil kajian dan survei yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, malalui Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII.

“Dari sanalah kami membuat dan merancang sistem kurikulum BDR menghadapi masa-masa awal semester satu  yang sekarang berjalan,” ujarnya.

Disetiap pelajaran, terangnya, sudah dilakukan penyederhanaan kurikulum. Apalagi Disdik Jabar akan membuat modul yang menjadi standar pembelajaran di Provinsi Jawa Barat.

Selain itu, kami juga mengacu berdasarkan arahan dari Kemendikbud bahwa Kompetensi Dasar (KD) inti disederhanakan.

“Artinya langkah-langkah yang telah dilakukan oleh KCD di Provinsi Jawa Barat sudah sangat cepat tepat. Sebelum keluar permennya, ada pengurangan materi pelajaran tetapi tidak menghilangkan materi yang ada,” ujarnya.

KD inti ini, imbuhnya, tetap dijadikan patokan, namun KD pengembangan yang menjadi standar kualitas di SMAN 3 masih dipertahankan. Termasuk diaplikasikan pada sistem SKS yang telah berjalan lama.

“Makannya persiapkan modul yang tadi disampaikan oleh Prof. Obi merupakan langkah yang paling positif dan efisien dalam waktu belajar siswa kami. Namun tetap untuk pembelajaran materi yang berat memerlukan tatap muka seperti untuk pelajaran matematika dan fisika,” ujarnya.

Adapun aplikasi pembelajaran yang digunakan di SMAN 3 saat BDR selain memakai zoom meeting juga melalui Microsoft Team, Microsoft Windows, Microsoft Office dan lainnya.****

Editor: Gayatri Pinandito


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x