Rencana setelah penculikan para Jenderal juga tidak jelas, sehingga gerakan ini akhirnya bubar jalan.
Baca Juga: Pop Hotel Bandung Nyatakan Mundur Jadi Hotel Isolasi Covid-19, Ini Klarifikasinya
Dalam hirarki kemiliteran juga tidak lazim karena saat itu yang ditunjuk menjadi pemimpin adalah Letkol Untung, sedangkan dua orang yang menjadi wakilnya pangkatnya lebih tinggi yakni Kolonel Latief dan Brigjen Soepardjo.
"Rencana operasinya ternyata tidak jelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanya pada pengambilan tujuh jenderal saja. Bagaimana kemudian bila berhasil tidak jelas. Kalau gagal juga tidak jelas," ujar Soepardjo.
Baca Juga: Dituduh Lakukan Pelanggaran HAM, Indonesia Tegaskan Vanuatu Bukan Perwakilan Papua
3 Jumlah Pasukan Kecil
Untuk sebuah gerakan, jumlah pasukannya tergolong kecil. Meski pada awalnya informasi pasukan yang bergabung dalam gerakan 30 september 1965 ini ribuan personil yang terdiri dari Satu Batalyon (500-700 orang) pasukan Cakrabirawa.
Satu batalyon dari Brigif I Kodam Jaya, satu batalyon Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP).
Baca Juga: Lagu Rindu Ini dari Mendiang Chrisye Resmi Dirilis