Bank Besar di Swiss Sarankan Beli Emas dari Sekarang

- 29 September 2020, 19:13 WIB
Ilustrasi emas.
Ilustrasi emas. //Pixabay/Steve Bidmead



JURNALGAYA - Bank investasi kelas dunia asal Swiss, UBS Global Wealth Management mengungkapkan saat ini merupakan waktu yang pas menempatkan dana di instrumen emas.

Investasi di emas dinilai menjadi tempat yang sangat baik menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat.

"Kami menyukai emas, karena kami pikir emas kemungkinan akan benar-benar mencapai sekitar 2.000 dolar AS per ounce pada akhir tahun," kata Kelvin Tay, Kepala Investasi Regional UBS, seperti dilansir CNBC, Selasa 29 September 2020.

"Dan emas memiliki lindung nilai tertentu," kata Tay.

Baca Juga: Para Bintang Tak Dimainkan, Tottenham Hotspur Bakal Kesulitan Hadapi Chelsea Dini Hari Nanti

"Jika terjadi ketidakpastian atas pemilu AS dan pandemi Covid-19, emas adalah lindung nilai yang sangat, sangat bagus. Dan kelemahannya baru-baru ini merupakan titik masuk yang bagus bagi investor," tambahnya, saat berbicara dalam acara Squawk Box CNBC.

Harga emas telah melesat ke rekor tertinggi tahun ini - dan melampaui 2.000 dolar AS per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Namun baru-baru ini, harga telah turun lagi dan terakhir diperdagangkan di sekitar 1.880 dolar AS per ounce pada Selasa pada periode perdagangan pasar Asia.

"Logam mulia juga menarik karena ditopang dengan tren suku bunga rendah," kata Tay.

Jika suku bunga tetap rendah seperti yang diindikasikan oleh bank sentral AS, The Fed, biaya untuk membenamkan dana di emas - aset non-imbal hasil - akan "cukup rendah". Itu karena investor tidak perlu memberikan bunga yang seharusnya diperoleh saat berinvestasi di aset non emas.

Baca Juga: [Update] Tenggat Waktu Luhut Binsar Pandjaitan Habis, Pasien Positif Covid-19 Masih Tinggi

Tay juga merekomendasikan agar investor memasukkan sejumlah uang ke obligasi pemerintah China karena mereka akan dimasukkan dalam Indeks Obligasi Pemerintah Dunia oleh penyedia indeks FTSE Russell.

Pencantuman obligasi China tersebut, mulai Oktober 2021, akan membawa miliaran dolar masuk ke China.

Tay menunjukkan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah China, yakni sebesar 2,5%, lebih tinggi daripada obligasi negara di kawasan lain, dibandingkan dengan imbal hasil AS pada 0,6% dan imbal hasil obligasi Eropa yang sebagian besar justru memberikan yield negatif.

"Ini adalah pengembalian [yield] yang sangat tinggi untuk [obligasi] pemerintah yang sangat berkualitas dengan neraca yang sangat kuat," katanya.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x