1 Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin: Dinasti Politik Presiden, Pilkada Serentak, dan UU Cipta Kerja

- 21 Oktober 2020, 17:18 WIB
Jokowi memberikan sambutan pada acara penerimaan surat kepercayaan dari 7 negara sahabat
Jokowi memberikan sambutan pada acara penerimaan surat kepercayaan dari 7 negara sahabat /Antara

JURNALGAYA - Pemerintahan Jokowi-M'aruf Amin resmi menginjak usia 1 tahun. Selama masa kepemimpinannya, media selalu menyorot keduanya, baik media lokal, nasional, maupun internasional.

Menurut Indonesia Indicator (I2), perusahaan Intelijen Media dengan menggunakan piranti lunak kecerdasan buatan (AI), rapor kinerja Jokowi di media massa pada tahun pertama periode II mencapai 76 dengan catatan.

“Dengan catatan, framing media pada pemberitaan Jokowi didominasi oleh sentimen netral yang lebih tinggi, yakni 40 persen, disusul tone positif 36 persen dan negatif sekitar 24 persen. Dalam konteks pandemi, media memberikan ruang untuk Jokowi dengan memberikan framing netral,” ujar Direktur Komunikasi I2, Rustika Herlambang dalam rilis yang diterima Jurnalgaya, Rabu 21 Oktober 2020.

Baca Juga: 1 Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin, Ini Pembagian Kerja Keduanya Memimpin Indonesia

Baca Juga: 1 Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin: Pengangguran 10,3 Juta, Utang Luar Negeri Terbesar Ketujuh di Dunia

Menurut Rustika, sepanjang 20 Oktober 2019 hingga 30 September 2020, Indonesia Indicator (I2) mencatat, kinerja Jokowi diliput 2.209 media online Indonesia, baik nasional maupun lokal dalam 690.317 berita.

Sebanyak 43 persen pemberitaan di media online diisi oleh masalah penanganan virus COVID-19 oleh Jokowi. Hal inilah yang salah satunya diberikan framing netral oleh media, dalam arti media wait and see, dalam menghadapi kondisi pandemic yang juga menjadi isu global saat ini.

“Masalah ini adalah masalah yang sangat sensitif, hal-hal yang sifatnya saintifik, media akan memberikan informasi dengan sangat hati-hati karena dampaknya sangat luas,” lanjut Rustika.

Baca Juga: Mahfud MD Sindir Amien Rais: Beliau Hebat Tapi Apa Bisa Dia Mengubah Indonesia?

Pada bidang sosial, sorotan media terbanyak adalah soal berbagai bantuan sosial, BPJS, Kartu Prakerja, Program Keluarga Harapan, yang meskipun kadang ada riak, namun dampaknya bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang paling bawah.

Isu bidang Kesehatan, menjadi atensi terbesar media melalui informasi terkait penanganan COVID-19, Vaksin, penyelenggaraan test dan sebagainya.

Pada bidang hukum, isu soal Papua, Omnibus Law (beririsan dengan politik), isu lama seperti Harun Masiku atau Novel Baswedan.

Baca Juga: AKSES Resmi Penerima BPUM BRI, Ayo Cek dan Login eform.bri.co.id/bpum

Sementara, isu politik yang mengiringi Jokowi setahun terakhir adalah Pilkada Serentak.

Kolase Foto Gibran, Bobby Nasution dan Siti Azizah
Kolase Foto Gibran, Bobby Nasution dan Siti Azizah

Menurut Rustika, terdapat dua isu besar yang muncul di media, yakni desakan pengunduran pelaksanaan Pilkada 2020 karena pandemi Covid-19, dan keikutsertaan anak dan menantu Jokowi yaitu Gibran Rakabuming dalam Pilkada Kota Solo, dan Bobby Nasution dalam Pilkada Kota Medan.

"Hal itu sempat menimbulkan narasi politik dinasti dan mendapatkan sentimen negatif dari publik. Sementara itu, Presiden Jokowi menepis anggapan bahwa dirinya tengah membangun dinasti politik. Menurutnya, Gibran maupun Bobby mengikuti sebuah kompetisi yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan semua keputusan ada di tangan rakyat dalam menggunakan suaranya," tutur Rustika.

Baca Juga: Viral, Video Pengendara Mobil Boks Putih Buang Sampah ke Kalimalang, Bikin Gregetan

Catatan lain terhadap Jokowi adalah soal Omnibus Law, khususnya UU Ciptaker, yang juga masuk dalam 10 isu terbesar yang ditujukan pada Jokowi.

Isu ini mendapat framing negative karena sempat menimbulkan gelombang demo dari kelompok buruh, mahasiswa, dan 212.

Hal tersebut cukup penting mengingat pesan yang ada di media (dan media sosial) tentang pemerintah dan Presiden Jokowi akan membangun persepsi yang pada gilirannya berperan sangat krusial.

Baca Juga: Puan Maharani Sok Tegas kepada Jokowi: Pemerintah Harus Bekerja Lebih Keras!

Publik tidak hanya mengidamkan kepuasan atas kinerja pemerintah dalam bentuk fisiknya tetapi juga membutuhkan bangunan citra pemimpin melalui media.

“Persepsi dapat membangun afeksi, dukungan emosional, atau sebaliknya dapat memunculkan penolakan, ketidakpuasan dan perlawanan. Oleh karena itu, ke depan penguatan strategi komunikasi pemerintah agar lebih baik perlu menjadi perhatian Jokowi di tengah perang wacana di era digital seperti saat ini,” tukas Rustika. ***

Editor: Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x