Milenial Diajak Berbisnis Melalui Dunia Digital untuk Patahkan Keterbatasan Era Pandemi

- 29 Oktober 2020, 15:15 WIB
Ilustrasi E-commerce. Perlindungan konsumen e-commerce di Indonesia masih minim mengingat masih maraknya penjualan data pribadi tanpa izin.*
Ilustrasi E-commerce. Perlindungan konsumen e-commerce di Indonesia masih minim mengingat masih maraknya penjualan data pribadi tanpa izin.* /DOK. PIKIRAN RAKYAT/

JURNAL GAYA - Milenial di Indonesia diajak memulai bisnis dengan memanfaatkan dunia digital. Hal ini menjadi bahan obrolan seru dalam kegiatan website seminar (webinar) Digital Creative Millenials (DCM) 2020 bertajuk "Pentingnya Transformasi Digital untuk Strategi Bisnis Online", Selasa, 27 Oktober 2020.

Webinar DCM 2020 dihadiri sejumlah pembicara ternama dari kalangan pengusaha, juga entertainer, di antaranya salah satu pionir industri clothing di Indonesia yang membangun brand Unkl347 Dendy Darman, dua sahabat pemilik brand Cotton Ink Carline Darjanto dan Ria Sarwono, juga penyiar radio dan Co-Owner Lawless Gofar Hilman.

Dalam sambutannya, VP Corporate Communication PT Telkomsel Deni Abidin menuturkan bahwa semangat acara DCM 2020 salah satunya dilatarbelakangi kondisi ekonomi negeri yang terimbas Covid-19.

Baca Juga: Logistik Indonesia Tumbuh 6,5% Per Tahun Sampai 2022, Ini Peluangnya

Baca Juga: Cara Baru Bayar QRIS, Unggah QRIS ke ShopeePay Dari Galeri Ponsel

Dia mengaku berharap, DCM 2020 dapat menstimulasi para pengusaha muda, khususnya yang baru merintis bisnisnya, agar semakin yakin dan memiliki komitmen meskipun dunia tengah diguncang pandemi.

Menurut dia, dunia usaha, tak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), ikut terimbas oleh Covid-19. Pandemi ini memaksa semua sektor bertahan dengan cara beradaptasi. Di lini bisnis, cara beradaptasi di era ini yang dinilai efektif yakni bertransformasi ke ranah digital.

Telkomsel pun membuka ruang kolaborasi agar para pengusaha dapat memanfaatkan konsep transformasi digital. Selain lewat sejumlah program Telkomsel, dorongan itu distimulasikan dalam webinar yang mengundang para praktisi dunia usaha digital.

Baca Juga: Logistik Indonesia Tumbuh 6,5% Per Tahun Sampai 2022, Ini Peluangnya

Website seminar (webinar) Digital Creative Millenials (DCM) 2020 bertajuk "Pentingnya Transformasi Digital untuk Strategi Bisnis Online", Selasa, 27 Oktober 2020.
Website seminar (webinar) Digital Creative Millenials (DCM) 2020 bertajuk "Pentingnya Transformasi Digital untuk Strategi Bisnis Online", Selasa, 27 Oktober 2020. Dok. Telkomsel

"Harapannya kita punya mimpi yang besar, kita bergandengan tangan, kita sama-sama wujudkan mimpi yang besar ini, karena tidak ada yang impossible kalau kita bersama-sama," katanya

Sementara itu, Salah satu founder brand Unkl347, Dendy Darman mengakui bahwa pandemi Covid-19 membuat adaptasi digital semakin harus dilakukan. Dendy bercerita, sejak Unkl347 dirintis pada 1996, bisnis yang diawali kegemaran mendesain ini fokus berjualan pakaian clothing dengan sistem ritel offline.

Sejak 2 tahun terakhir, Unkl347 mulai mencoba memanfaatkan platform digital guna memasarkan produknya. Namun sejak masa pandemi, cara berjualan dengan pola ini terbilang paling efektif.

Baca Juga: Petani, Buruh, dan Pelaku Industri Hasil Tembakau Desak Pemerintah Tunda Kenaikan Cukai Rokok

"Sekarang semenjak pandemi, sudah lebih besar online, persentasinya (market) udah berubah karena memang culture berubah, orang tidak ketemu orang," katanya.

Meski berjualan produk secara online dinilainya mengurangi engagement atau keterikatan antara ritel dengan pelanggan, namun pasarnya lebih luas. Keyakinan ini sangat dirasakan Unkl347 di masa ini. Di samping itu, Unkl347 lebih leluasa dalam berinovasi menyesuaikan dengan keinginan pasar.

"Sejujurnya kita dapat feedback kebutuhan lapangan. Contohnya, kalau zaman dulu itu sepertinya (inovasi produk) bakal laku, padahal yang sukanya itu ritel, tidak langsung end user. Sekarang itu end user yang beli, jadi kita punya data yang tepat, kayak item ini bener-bener disukai," katanya.

Baca Juga: Ini Arseel Abri, Pemuda Tajir yang Dijuluki Juragan Batu Akik Bekasi, Bisnisnya Dibantu Emak-Emak

Dia pun menegaskan, kekinian jalan untuk merintis usaha lebih dimudahkan karena dunia digital memberikan ruang efisien dan efektif. Pihaknya pun seiring dengan pandemi, terus berupaya mengadaptasi kelebihan dunia digital.

"Hari ini adaptasi cepet sama hal baru ini, ibaratnya jalan cepetnya itu sekarang udah ada, masa gak memanfaatkan. Sekarang gue lagi respons banget sama perubahan karena ini semua efisien dan efektif, karena ini retail tanpa batas, lu bisa ngobrol sama seluruh dunia," katanya.

Smentara itu, owner Cotton Ink. mengatakan, jauh-jauh hari sebelum dunia usaha menjamur memanfaatkan platform digital, pihaknya sudah memanfaatkan penjualan online sehingga bisnisnya kian besar sejak didirikan pada 2008.

Baca Juga: Diminta Najwa Shihab Komentari Pernyataan Megawati, Ernest Prakasa: Duh Idup Saya Lagi Tenang

Adalah dua teman sebangku sekolah, Carline Darjanto dan Ria Sarwono, yang merintis Cotton Ink, peritel busana asli Indonesia, sehingga bisa seperti sekarang.

Alasannya pun sederhana saat bisnis ini dimulai. "Kita enggak punya uang banyak untuk memulai dari offline dan awalnya cuma berdua. Karena (online) ini lebih murah," kata Ria Sarwono.

Menurutnya pula, bisnis online jauh dapat menjangkau pelanggan. Ini yang membuat bisnis Cotton Ink terus berjalan. Seiring itu toko offline dapat dibuka hingga Cotton Ink mempunyai lima toko offline yang tersebar di sejumlah daerah Indonesia.

Baca Juga: Buntut Presiden Macron Hina Islam dan Nabi Muhammad, Produk Prancis di Boikot, Ini Daftarnya

Terkait pandemi Covid-19, Cotton Ink pun merasakan pembeli yang datang lebih banyak dari penjualan online meski secara offline toko tetap menghasilkan untung.

"Kebetulan udah buka toko kelima, udah miriplah (hasil penjualan) online dan offline. Tapi kalau sekarang jauh, karena customer lebih pilih belanja online, karena ada Covid-19," sambung Carline Darjanto.

Berbekal pengalaman berjualan online, masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan Cotton Ink terus berinovasi. Bagi keduanya inovasi adalah hal penting saat menjalankan usaha. Selebihnya berani mengambil risiko sangat penting, bahkan untuk yang ingin memulai bisnis. "Lu gakan tau kalau belum mulai," timpal Ria.

Baca Juga: Dikecam Umat Islam, Ini Profil Presiden Prancis Emmanuel Macron

Sementara itu, Co-Owner Lawless, Gofar Hilman, mengatakan, kunco dari bisnis digital adalah membiasakan diri dan komitmen kuat.

Selain sebagai penyiar, Gofar Hilman mulai merintis karirnya dari berjualan pakaian dengan brand Lawless pada 2008.

Dia sendiri menjalankan usaha Lawless tidak melupakan unsur penting lainnya dalam berbisnis, yakni komunitas. Dirinya memanfaatkan komunitas untuk membuat brand Lawless makin tersohor.

Baca Juga: Aksi Boikot Meluas Imbas Hina Nabi Muhammad, Presiden Macron Ketar-ketir 40 Perusahaan Prancis Rugi

"Jadi paling beres di dunia industri yang sangat banyak pesaingnya itu adalah membangun fanbase. Ya jangan itungan tahun, bulan, atau hari lah, itungan jam aja tren orang bisa berubah. Ketika tren berubah drastis, ada dua pilihan, kita ikutin tren atau ciptain pasar, itu yang dilakukan Lawless dari awal. Jadi fanbase ini gunanya ketika tren berganti, si orang-orang ini tetap stay dan beli produk kita," katanya.

Gofar pun memandang apa yang hendak dilakukan seorang pengusaha, harus didasari kepentingan branding. Cara ini seperti dilakoninya di dunia media sosial sehingga meraup pamor seperti sekarang.

Hal ini pun akhirnya berimbas pada dunia usahanya. Baginya, di dunia serba digital seperti sekarang, membiasakan diri dengan platform digital sangat diperlukan.

Baca Juga: Narasi TV Bongkar Dalang Pembakaran Halte Sarinah saat Demo UU Ciptaker, Ini Link Videonya

"Kita doyan main sosmed, bagi UMKM atau temen yang baru mulai usaha, biar gak kerasa (canggung) bikin konten atau main sosmednya harus demen dulu, kalau udah ya biasa aja. Banyak hal yang bisa kita lakuin di sosmed, kan sosmed itu kaya etalase dan bebas majangin apa buat ditonton orang," katanya.

Dia meyakini media sosial dapat menjadi jalan meraup keuntungan berbisnis kala seseorang telah terbiasa dengan hal itu. Baginya juga, membiasakan diri jadi kunci sukses karena hal itu menunjukkan komitmen.

"Cukup seneng dulu (bermedia sosial), latih kesenangan itu. Kesenengan bukan absolut, tapi sangat bisa diciptkan. Percaya ketika senang akan effortless pada sosmed, terus berikutnya adalah pas udah seneng, bikin sesuatu yang bisa bikin konten diliat orang. Dan konsisten. karena menurut gue dari nothing jadi something itu kuncinya konsisten," katanya.

Baca Juga: Detik-detik Pembakaran Halte Sarinah Hasil Investigasi Narasi TV, Ini Penampakan Pelakunya

Sebagai tambahan, acara ini diikuti kurang lebih 200 cretivepreneurs, UMKM, dan brand owners. Ke depan Telkomsel pun akan mengadakan workshop yang sangat bermanfaat. Terkait tanggal dan temanya, Telkomsel akan segera mengumumkannya.

Selain itu, sebagai penutup rangkaian DCM 2020, Telkomsel akan menyelenggarakan Festival 3D Experience. Festival ini pertama kali diadakan di Indonesia dan akan dilangsungkan pada 26 November sampai dengan 27 Desember 2020.***

Editor: Nadisha El Malika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah