Menkes Budi Ingin Indonesia Ubah Status Pandemi Jadi Endemi, Berikut Ini 4 Catatan Penting WHO tentang Hal Itu

3 Maret 2022, 14:28 WIB
Ilustrasi pandemi covid-19. Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung mengklaim kota Bandung sudah penuhi syarat untuk turunkan status pandemi ke endemi Covid-19. /PEXELS/cottonbro

JURNAL GAYA - Tanpa terasa, wabah korona virus yang melanda negara ini telah membuat Indonesia berstatus pandemi Covid-19 sejak 2 Maret 2020.

Selama dua tahun belakangan ini, korban Covid-19 di Indonesia totalnya mencapai 5.589.176 pasien Covid-19 dan 148.660 orang di antaranya meninggal dunia.

Setelah melalui badai varian Delta di Juli 2021, kini Indonesia harus berhadapan dengan varian baru Omicron.

Meski demikian, pemerintah Indonesia berharap varian Omicron yang menyebar cepat tidak berdampak parah, lalu ketika Omicron turun maka statusnya menandai titik balik.

Baca Juga: Hari Raya Nyepi di Bandung, Prosesi Berjalan Khidmat dan Kondusif: Tenangkan Diri Sehari dalam 1 Tahun

Hal tersebut sebagaimana dikutip oleh Jurnal Gaya dari laman Seputar Tangsel yang berjudul Menkes Budi Ingin Ubah Status Pandemi Jadi Endemi, Ini 4 Catatan Penting WHO tentang Endemi

Pemerintah berharap dengan adanya pergeseran dari penurunan pasien Covid-19 dapat menuju fase yang lebih dapat diprediksi dan dikelola.

Dengan status kasus Omicron yang menurun, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengaku mendapat perintah dari Presiden Jokowi untuk mulai membuat strategi dari pandemi menjadi endemi.

“Kita sudah siapkan protokolnya, dan memang beberapa arahan dari Bapak Presiden agar dipersiapkan secara hati-hati dan agar perkembangan saintifiknya berimbang dengan situasi sosial dan budaya,” kata Budi dikutip SeputarTangsel.Com, Kamis 3 Maret 2022.

Sejalan dengan Menkes RI, pejabat di beberapa negara sedang mempersiapkan kebijakan memperlakukan Covid sebagai penyakit endemik, seperti flu musiman.

Namun terdapat beberapa catatan ketika suatu negara akan mengubah status pandemi menjadi endemi.

Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Anthony S. Fauci mengatakan perubahan status Covid-19 masih terlalu dini.

Hal ini karena Omicron masih mengoyak beberapa populasi di dunia dan sebagian besar planet ini masih belum divaksinasi, pandemi belum berakhir.

“Intinya, jalan untuk mencapai tahap endemi itu penuh dengan ketidakpastian hingga menimbulkan pertanyaan sulit bagi pembuat kebijakan di mana pun,” kata Fauci, dikutip SeputarTangsel.Com dari bloomberg.com, Rabu 3 Maret 2022.

Ini beberapa catatan pakar Kesehatan WHO tentang pandemi Covid 19.

  1. Status Endemi Jika Meliputi Satu Wilayah dan Wabah Bisa Dikendalikan

Fauci dalam pidatonya di WHO mengatakan, dalam epidemi, penyakit menyebar dengan cepat dan tidak terduga di lokasi tertentu. Wabah penyakit itu menjadi pandemi ketika menyebar secara global, atau di wilayah yang sangat luas.

Suatu penyakit yang endemi secara terus menerus ada pada populasi tertentu pada tingkat yang lebih rendah dan lebih stabil, bahkan jika kasus melonjak dapat dikendalikan.

Para ilmuwan berharap bahwa ketika cukup banyak orang mendapatkan beberapa perlindungan dari virus corona melalui vaksin, atau dari infeksi sebelumnya, atau keduanya.

Baca Juga: HARI INI! PKH Tahap 1 Turun Hingga Rp3 Juta, Cair Sampai 3 Maret 2022, Segera Cek KTP Anda Pakai Data Berikut

Itu akan mengumpulkan penyebaran virus dan mengurangi pasien rawat inap serta kematian.

Sehingga seiring waktu Covid-19 tidak lagi menjadi ancaman. Namun, virus tidak akan hilang sepenuhnya, dan penyakit endemi masih dapat menimbulkan korban serius.

Ini misalnya, tuberkulosis dan malaria, yang endemi di beberapa bagian dunia, masing-masing merenggut sekitar 1,5 juta dan 627.000 jiwa, pada tahun 2020.

“Endemi itu sendiri tidak berarti baik. Endemik berarti ada di sini selamanya,” kata Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO.

  1. Syarat Covid-19 Bisa Menjadi Endemi

Pada akhir Januari, Covid merenggut sekitar 64.000 nyawa seminggu secara global. 

Belajar hidup dengan virus tidak berarti harus menanggung banyak kematian, demikian kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

Suatu negara bisa berstatus endemi jika 80-90 persen warganya telah mendapatkan perlindungan melalui vaksinasi.

Negara-negara mulai mempertimbangkan endemi Covid-19 pada titik waktu yang berbeda, berdasarkan tingkat kekebalan mereka. 

Sementara dua pertiga orang di negara-negara kaya telah menerima setidaknya satu dosis vaksin pada 2 Februari 2021, ketika itu hanya 12% di negara-negara berpenghasilan rendah.

Di Portugal, di mana 89% penduduknya divaksinasi lengkap, Covid sudah terlihat seperti penyakit endemi. Di Afrika, sekitar 85% orang belum menerima dosis tunggal pada pertengahan Januari.

China, negara terpadat di dunia, berada dalam kategorinya sendiri, China telah menerapkan strategi nol-Covid-19, menggunakan strategi lockdown ketat dan karantina ekstensif untuk memadamkan wabah. 

Jadi infeksi sedikit, tetapi kekebalan alami juga sedikit. Sementara 87% dari populasi divaksinasi sepenuhnya, tidak jelas seberapa efektif suntikan China.

Baca Juga: Indra Kenz Sudah Dibui, 10 Nama Besar Affiliator Binary Ini Akan Diburu, Doni Salmanan Ikut Terseret?

  1. Varian Omicron dapat mendukung Status Endemi

Referensi data menunjukkan bahwa gejala varian Omicron kurang ganas daripada varian sebelumnya, yang berarti lebih kecil kemungkinannya menyebabkan rawat inap dan kematian. 

Karena Omicron juga lebih mudah menular, ini menciptakan lonjakan infeksi.

Tetapi Omicron yang lebih cepat menular juga bisa berarti dapat mempercepat transisi ke tahap endemi dengan mengungguli varian delta yang lebih berbahaya. 

Ini karena mendapatkan imunitas alami setelah tertular Omicron.

Omicron menjadi dominan di seluruh dunia pada pertengahan 2021, dan kasus Omicron menurun pada Januari 2022.

Namun, ada peringatan penting. Belum jelas apakah Omicron menyebar begitu cepat karena secara inheren lebih fit daripada Delta. 

Atau kekebalan telah dimiliki beberapa orang yang sudah vaksinasi atau pun telah terinfeksi sebelumnya.

Jika faktornya karena telah terinfeksi sebelumnya, maka beberapa populasi telah memiliki imunitas alami sebelumnya, kemudian membangun kekebalan terhadap omicron. 

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Suster El, 3 Maret 2022, Nara Resmi Jadi Tahanan, Devan Janjikan Pengacara, Felix Meradang

Jika faktornya imunitas alami maka ada potensi varian delta bisa bangkit kembali.

  1. Negara Miskin yang Rendah Vaksinasi Mempersulit Status Endemi

Dalam sebuah penelitian yang diposting pada 26 Januari, para peneliti di University of California, San Francisco menemukan bahwa gejala penyakit kasus Omicron lebih ringan orang yang divaksinasi dapat membuat mereka yang lebih cepat pulih dari infeksi virus.

Ini diprediksi berlaku untuk varian Covid-19 lain yang akan bermutasi di masa depan.

Pelaksanaan vaksin yang lambat di antara negara-negara miskin meningkatkan risiko munculnya varian baru. 

Hal lain yang tidak diketahui adalah seberapa tahan lama kekebalan itu.

Korona virus mungkin terbukti mirip dengan virus flu, yang menghasilkan jumlah kasus yang relatif stabil setiap tahun tetapi juga berpotensi menyebabkan epidemi. 

Bahkan bisa menjadi pandemi ketika bermutasi.*** Rahma Widhiasari/Seputar Tangsel

Editor: Dini Yustiani

Sumber: Seputar Tangsel

Tags

Terkini

Terpopuler