FPI: Habib Rizeq Ga Mau Nyapres, HRS Tokoh Umat, Presiden Terlalu Kecil Buat Beliau

27 November 2020, 07:01 WIB
Habib Rizieq Shihab: Slamet Maarif sebut ada sentimen dari pemerintah terhadap HRS dan Anies Baswedan, KSP membantah hal tersebut. /MUHAMMAD IQBAL/ANTARA

JURNALGAYA - Nama Habib Rizieq Shihab (HRS) tiba-tiba menjadi populer dalam bursa calon presiden Indonesia 2024.

Ia bersanding dengan berbagai nama calon lainnya yang non partai. Seperti Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan Gatot Nurmantyo.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum PA 212 sekaligus juru bicara Front Pembela Islam (FPI), Slamet Maarif mengatakan, HRS tidak mempunyai ambisi sekalipun.

Baca Juga: Jokowi, Dulu 'Dukung' Edhy Prabowo soal Ekspor Benih Lobster, Kini Ogah Disalahkan

"Kalau dari kita tidak akan mencalonkan karena tidak punya partai," tutur Slamet Ma'arif dalam akun YouTube Refly Harun, Kamis 26 November 2020.

"Saya secara pribadi, ga yakin beliau (HRS) mau. Beliau sudah jadi tokoh umat, presiden terlalu kecil buat beliau," ucap dia.

Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun sendiri mengungkapkan kesempatan Habib Rizieq Shihab (HRS) menjadi calon presiden. 

Refly mengatakan, ada beberapa nama non partai yang saat ini digadang-gadang sebagai calon presiden. Mereka adalah Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Habib Rizieq, Sandiaga Uno, dan Gatot Nurmantyo.

"Mereka orang dhuafa dari partai politik," ujar Refly dalam akun YouTubenya, Kamis 26 November 2020.

Baca Juga: Refly Harun Bongkar Strategi Megawati Pasangkan Puan-Prabowo di Pilpres 2024, Ganjar Disingkirkan

Dalam wawancaranya dengan juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Slamet Ma'arif dikatakan, HRS tidak akan mau dicalonkan menjadi presiden.

"Habib Rizieq tidak mau dicalonkan jadi presiden. Alasannya menohok, karena HRS merasa lebih tinggi dari sekadar presiden," tutur Refly menyepertikan ucapan Slamet.

"Bisa saja, karena dia pemimpin spiritual dunia dan akhirat," tutur dia.

"Bukan tidak mungkin kalau masyarakat menghendaki dan ada aspirasi tengah kanan yang solid, maju juga berpasangan dengan Anies Baswedan. Walaupun tidak menarik karena satu jurusan, saya tidak mau etnik tapi faktanya demikian," ucap Refly.

Baca Juga: Pastikan Keamanan Akun Anda, Begini Cara Aktivasi Fitur Rekognisi Wajah dan Sidik Jari ShopeePay

Atau bisa saja memilih presidium KAMI Gatot Nurmantyo. Ia memiliki pengalaman di bidang militer sehingga bisa mengendalikan TNI.

"Apakah HRS mau jadi capres, apakah elektabilitasnya besar atau mentok di no 4 dan 5. Peluangnya tidak besar. Masih jauh 2024," ucapnya.

Kemudian untuk Sandiaga Uno, meski ia masih menempel di Partai Gerindra, akan sulit baginya untuk menjadi capres. Karena di sana masih ada Prabowo Subianto.

Baca Juga: DKI Jakarta Raih Penghargaan Kategori Gubernur Terpopuler, Anies Baswedan: Alhamdulillah

Profil Prabowo Subianto tangkap layar instagram.com/ @prabowo

Terkecuali jika Prabowo mengalah dan menjadi king maker.

Untuk itu, koalisi non istana harus menyatu agar bisa bersatu. Itupun bila Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) rela.

"Kalau Zulkifli Hasan masanya sudah lewat. Sedangkaan PKS tidak punya sosok kuat, sehingga selalu rela," imbuhnya.

Dalam penentuan calon presiden, ada variabel tetap dan dinamis. Untuk yang dinamis, sangat ditentukan elektabilitas.

Refly Harun juga mengungkapkan strategi Megawati dalam Pemilihan Presiden 2024 di akun YouTube nya, Kamis 26 November 2020.

"Ada skenario megawati tidak akan mengajukan Ganjar Pranowo, tapi memasangkan Puan Maharani dengan Prabowo Subianto," ungkap Refly.

Baca Juga: DKI Jakarta Raih Penghargaan Kategori Gubernur Terpopuler, Anies Baswedan: Alhamdulillah

Baca Juga: Hentikan Ekspor Benur, Luhut Panggil Pejabat KKP: Kita Evaluasi!

Ia menjelaskan, dalam penentuan calon presiden, ada dua variabel yakni tetap dan dinamis. Untuk variabel tetap, partai yang paling ongkang-ongkang kaki saat ini adalah PDIP.

Sebab PDIP satu-satunya partai yang mencapai suara 20 persen dalam Pemilu 2019.

Setelah itu ada delapan parpol lainnya di Senayan, di antaranya Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, Demokrat, PKS, dan PPP.

Baca Juga: Pastikan Keamanan Akun Anda, Begini Cara Aktivasi Fitur Rekognisi Wajah dan Sidik Jari ShopeePay

Bila melihat kekuatan yang ada, Golkar maupun Demokrat cukup berkoalisi dengan satu partai, mereka bisa mencalonkan presiden.

"Jika basisnya suara, bisa ditambah 7 partai seperti PBB, PKPI, PSI, Garuda, Perindo, dan Hanura. (Mereka) bisa ikut kalau basisnya suara," imbuh dia.

Ketua DPR RI Puan Maharani. /@puanmaharaniri/

Dari partai-partai besar tersebut, hanya Gerindra yang sudah memiliki calon yaitu Prabowo Subianto. Kecuali jika Prabowo rela melepaskan kursi calon presiden dan memilih menjadi king maker.

"PDIP sendiri belum tentu memilih Ganjar Pranowo. Apakah Ganjar masih pantas diganjar, atau mengalah dengan Puan Maharani?" tutur Refly.

Karena ada skenario Megawati tidak mengajukan Ganjar, tapi mengulang masa lalu dengan berkoalisi bersama Prabowo, menggabungkan PDIP dengan Gerindra.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Buku Hits untuk Isi Waktu Luang Selama Pandemi

"Kalau dari spektrum politik, sama-sama partai nasionalis yang tidak pro pasar. Jadi kerja sama itu sudah terjadi 2009, sekarang bersatu di kabinet. Jadi tidak ada bentrok ideologis sesungguhnya, semuanya sama," tutur dia.

Namun jika bicara to be number 1 atau menjadi orang pertama, Ganjar Pranowo bisa menjadi calon presiden jika elektabilitasnya sama dengan Jokowi dulu.

"Kalau elektabilitas Ganjar tinggi, Mega bisa ngalah, dan menyerahkan calon kursi ke Ganjar untuk berhadapan (atau berpasangan) dengan Prabowo," tutur dia.

Sebab menjadi Menteri Pertahanan saja dia mau, apalagi dengan kursi wakil presiden.***

Editor: Firmansyah

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler