Presidium KAMI Din Syamsuddin, Dulu Dipercaya Jokowi, Kini Serang Pemerintah, Ada Apa?

2 November 2020, 11:39 WIB
Din Syamsuddin /

JURNALGAYA - Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsuddin, pernah dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai utusan khusus dalam kerja sama antar agama di luar negeri.

Namun kini Din kerap melontarkan kritik kepada pemerintahan Jokowi. Terakhir ia mengatakan, harus ada kekuatan rakyat yang bangkit untuk mengoreksi sikap pemerintah yang sudah kelewat batas.

Dalam acara Deklrasi KAMI di Jambi yang akhirnya dibubarkan polisi, Din mengklaim, KAMI hadir untuk mengambil peran itu.

Baca Juga: Kecewa, Din Syamsuddin Bongkar Kebiasaan Buruk Jokowi yang Berulang Kali Ingkar Janji

“KAMI sebagai gerakan moral, berjuang untuk meluruskan kiblat bangsa dan negara yang sudah menyimpang ini,” ujar Din.

Menurutnya, pemerintahan sekarang sudah menunjukkan gelagat yang mengarah pada kediktatoran konstitusional.

“Kediktatoran konstitusional adalah sebuah gejala mengembangkan kediktatoran dengan bingkai konstitusi. Dibuatnya UU yang sesungguhnya menyimpang dari nilai-nilai dasar, yang tujuannya ingin mengukuhkan kekuasaan itu sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga: Din Syamsuddin Turun Mimbar, Acara KAMI Dibubarkan Polisi, Gatot Nurmantyo Gagal Pidato

Dari orang yang dipercaya hingga menjadi sosok yang kerap mengkritisi pemerintah, apa sebenarnya yang terjadi dengan Din Syamsuddin?

Belum diketahui alasan Din. Namun dalam video YouTube politisi Partai Nasdem, Akbar Faizal, Din mengaku dia kecewa dengan Jokowi.

Presidium KAMI Din Syamsuddin.

Din mengungkapkan, Jokowi berkali-kali ingkar janji. Hal ini membuat dirinya kecewa.

Dalam video tersebut, Din menjelaskan, sudah seringkali melakukan pengiriman surat dan berbicara secara langsung dengan Presiden Jokowi.

Namun beberapa kegiatan tersebut tidak dihadiri Jokowi. Seperti forum pertemuan yang membahas perdamaian dunia.

Seperti dikutip dari Jurnal Presisi, saat itu, Din mengatakan bahwa kegiatan itu relevan untuk mempromosikan Pancasila untuk menjadi jalan tengahnya dunia.

Namun ternyata, Presiden tak datang membukanya. Akhirnya Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang datang untuk membuka acara tersebut.

"Beberapa kegiatan yang saya lakukan terakhir umpamanya ya, itu pertemuan atau forum perdamaian dunia yang sudah saya lakukan sejak 2006 sekali 2 tahun," kata Din Syamsudin.

Baca Juga: Momen Jennie BLACKPINK 'Dicuekin' Rose dan Lisa di VLIVE: Kamu Tak Tahu Aku di Sini?

"Dan yang ke tujuh sebetulnya mengangkat yang relevan dengan misi yaitu mempromosikan pancasila sebagai jalan tengahnya dunia," sambungnya.

"Pesertanya dari 43 negara waktu itu. Nah saya kecewa sekali acara yang bagus bagi presiden tidak dihadiri. Padahal surat dua kali, secara lisan 3-4 kali," ungkap Din Syamsudin.

"Dan saya mendapat konfirmasi akan datang membuka. Presiden tidak datang, untung saya cepat menghubungi menteri luar negeri, Retno Marsudi akhirnya beliaulah yang membuka itu. Itu antara lain ya," lanjutnya.

Jokowi saat berpidato. Dok. Setkab

Tak hanya kegiatan itu saja. Kegiatan lainnya seperti penyerahan hadiah dari seorang konglomerat yang berketurunan Tionghoa juga tak dihadiri oleh Presiden Jokowi.

Padahal saat itu, Din telah mengusahakan agar Indonesia yang dapat menerima hadiah itu, karena pada saat itu, hadiah ini akan diberikan kepada negara islam, tetapi lewat Raja Salman.

Akhirnya Din berhasil melobby agar hadiah itu dapat diserahkan kepada Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Baca Juga: Polisi Tetapkan Satu Tersangka Kasus Pengendara Moge yang Aniaya Prajurit TNI

Hadiah tersebut berupa sebuah sulaman Al-Quran yang dibuat di salah satu Provinsi islam di China.

"Kegiatan-kegiatan lain yang bisa saya sampaikan umpamanya saya berbuat untuk mengalihkan hadiah dari seorang konglomerat berketurunan Tionghoa yang berdomisili di Kuala Lumpur, penganut agama Kong Hu Cu yang taat tapi bersimpati kepada Islam, yang diam-diam selama tiga tahun menyuruh orang di Provinsi Khusus Islam di Republik Tionghoa untuk menyulam Al-Quran, atau menulis Al-Quran dengan cara di sulam," terang Din Syamsudin.

"Indah sekali. Sebuah karya seni yang sangat-sangat artistik sekali, yang waktu bertemu saya di Kuala Lumpur ingin menyerahkan kepada dunia Islam lewat Raja Salman, Saudi Arabia," ujarnya.

Baca Juga: Ngeri dan Mencekam, Beredar Video 2 Ormas Bentrok di Sukabumi, Polisi Perketat Penjagaan

Baca Juga: Doyoung NCT Akan Debut Akting Ikuti Jejak Sang Kakak Gong Myung, Ini Judul Dramanya

Penyerahan hadiah dilakukan pada malam Nuzulul Quran, akan tetapi tiba-tiba istana membatalkan kedatangan Presiden dan diwakilkan oleh Menteri Agama.

Din merasa sangat kecewa atas sikap dari Presiden Jokowi tersebut.

"Saya bilang kenapa tidak lewat Presiden Republik Indonesia negeri muslim terbesar. Setuju. Dan saya melakukan upaya, surat ke presiden, kemudian secara lisan, dan disepakati untuk diserahkan pada malam 17 Ramadhan, Peringatan Nuzulul Quran di Istana," papar Din Syamsudin.

"Orangnya datang dengan pesawat khusus, membawa barang yang banyak itu sekaligus saya adakan dialog Islam Konghucu tingkat Asia. Dan sudah ada konfirmasi, 7 orang yang kita ajak ke Istana. Tau-tau menjelang waktunya dibatalkan oleh istana, terus terang saya kecewa berat," sambungnya.

Baca Juga: BLT UMKM Rp 2,4 Juta Tahap 2 Masih Dibuka, Berikut Cara Daftar, Syarat, dan Mendapatkannya

Padahal menurut Din Syamsudin, momen ini merupakan suatu hal yang bagus untuk menjalin hubungan dengan China dan penduduk Tionghoa di Indonesia.

"Sesuatu yang bagus dengan makna simbolik baik hubungan antara Indonesia, China, rakyat Indonesia dengan penduduk yang berketurunan Tionghoa, karena ini menyangkut penduduk yang bersifat keagamaan," ucap Din Syamsudin.

"Kan sudah diterima, sudah konfirm, tau-tau besok akan diterima oleh Menteri Agama gitu, tentu saya tidak setuju, itu antara lain saja ya", pungkasnya. ***

Editor: Firmansyah

Sumber: Jurnal Presisi

Tags

Terkini

Terpopuler