Di Mata Najwa, BIN Sebut Kericuhan Aksi Omnibus Law Terencana, Ini Dalangnya

4 November 2020, 22:08 WIB
Ilustrasi demo buruh. /Ahmad Mukti

JURNALGAYA - Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto mengungkapkan aksi penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja dilakukan sistematis dan direncanakan.

Begitupun dengan pembakaran Halte Sarinah. Wawan melihat, mereka datang lebih sore untuk mencari celah melakukan penyerangan.

"Secara sistematis merencanakan, mereka datang lebih sore dia cari celah melakukan penyerangan. Ini terus dilakukan penelusuran dan ini by design," kata Wawan Purwanto dalam acara Mata Najwa yang ditayangkan Trans 7, Rabu 4 November 2020.

Baca Juga: Sentil Dewi Tanjung, Najwa Shihab Ungkap Metode Peliputan Pembakaran Halte Sarinah: Bukan Hal Baru

Baca Juga: Road Trip ke Sukabumi, Sambangi Destinasi Wisata Berdaya Magis hingga Berburu Kuliner Legendaris

"Saya berkali-kali sampaikan, demo silahkan, tapi kalau merusak, itu pidana," tambah dia.

Najwa Shihab instagram @najwashihab

Kemudian Najwa Shihab bertanya, jika ini by design, siapa yang berkepentingan dengan aksi ini? Wawan pun menjawab Anarko.

"Ini kelompok yang menggunakan berbagai pola. Nama-nama sudah terekam. Anarko sejak awal selalu begitu. Banyak di antaranya melibatkan anak di bawah umur," beber Wawan.

Ketika ditanya kembali apakah di balik aksi ini adalah Anarko, Wawan mengatakan, untuk pelemperan bom molotov sedang dicari.

Baca Juga: Sindir Jokowi-Prabowo, Netizen: Trump Menang Pilpres Amerika, Biden Jadi Menhan

Karena mereka menutupi diri dengan masker dan topi, sehingga tidak tampak jelas.

Minggu lalu, tim Narasi TV yang dipimpin Najwa Shihab juga menayangkan di Mata Najwa sebuah video yang mengungkap pelaku pembakaran Halte Sarinah saat demo UU Cipta Kerja, 8 Oktober 2020 lalu.

Video berdurasi 9 menit 57 detik tersebut diberi judul 62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah.

Video tersebut diawali dengan aksi penolakan UU Cipta Kerja yang berlangsung di berbagai daerah. Di Jakarta, aksi tersebut berakhir ricuh.

Baca Juga: 5 Fakta Najwa Shihab, Putri Quraish Shihab yang Pimpin Pembongkaran Pelaku Pembakaran Halte Sarinah

Lokasi Jalan Thamrin Sudirman pun menjadi sorotan. Salah satunya karena pembakaran beberapa halte Trans Jakarta.

Para demonstran pun menjadi yang tertuduh. Benarkah pembakaran dilakukan demosntran?

Tim Narasi TV kemudian menelusuri rekaman CCTV yang bisa diakses publik, ratusan foto dan video di media sosial.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini Alasan Najwa Shihab Menikah di Usia 20 Tahun, Jawabannya Bikin Meleleh

Dari semua itu, tergambarlah detik-detik pembakaran Halte Sarinah.

Tim Narasi mengatakan, dari rekaman CCTV dan video pengamatan, pelaku sedari awal memang berniat membakar Halte TransJakarta saat demonstrasi menolak UU Omnibus Law pada 8 Oktober 2020.

Dalam video tersebut terlihat orang yang menyulut api datang dari arah Jalan Sunda. Sebelum melakukan aksi, mereka terlihat melakukan observasi beberapa menit.

Mata Najwa malam ini

Mereka melihat ke kanan dan kiri, kemudian mengetik di ponsel seperti berkomunikasi dengan orang lain.

Tak berapa lama, mereka datang ke lokasi demonstrasi. Tapi seperti tidak berniat demonstrasi. Ketika pengunjuk rasa bergerak ke arah mana, orang ini bergerak berlainan arah.

Kemudian ia mencari api dan kembali datang ke halte bersama satu orang temannya. Pembakaran pertama dilakukan di sisi selatan halte.

Baca Juga: Hasil Sementara Pilpres Amerika Serikat: Biden Raih 238 Suara Elektoral, Trump 213

Kemudian pelaku merusak sisi utara halte. Dari rekaman CCTV, beberapa orang yang merusak dan membakar halte terlihat saling mengenal dan datang dari arah yang sama.

Mereka seperti saling berbagi tugas atau singkatnya tindakan mereka terorganisir. Bahkan mereka membakar halte dengan tenang dan fokus.

Bahkan timbul dugaan, mereka bukan massa aksi, melainkan orang yang memang datang sengaja untuk membakar.

Baca Juga: Hasil Sementara Pilpres Amerika, 6 Negara Bagian Ini Jadi Penentu Kemenangan Trump Maupun Biden

Video tersebut kini sudah tersebar di media sosial. Sebelum menayangkannya, Najwa Shihab dan timnya memberikan video tersebut ke polisi.

"Sebelum ditayangkan di Mata Najwa, video ini sudah kami kirim ke polisi," ucap Najwa Shihab pekan lalu.

Sebelumnya, Mata Najwa menghadirkan dua korban kekerasan polisi saat demo Omnibus Law UU Cipta Kerja. 

Mereka adalah Bintang Keadilan, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Kemudian Andry Mamonto, seorang dosen yang menjadi korban salah tangkap polisi.

Keduanya menceritakan kronologi bagaimana mereka ditangkap, dipukul, ditendang, hingga darah berceceran dimana-mana.

Baca Juga: Di Mata Najwa, BIN Sebut Kericuhan Aksi Omnibus Law Terencana, Ini Dalangnya

"Sekarang alhamdulillah udah sehat. Saya mengalami luka kepala lima sobekan, pelipis 1, tangan, telapak kaki, memar punggung, tangan, dan pelipis," ujar Bintang.

Bintang menjelaskan, saat itu ia tengah membantu teman yang terkena gas air mata di posko medis.

"Mereka masuk terus nyuruh keluar. Baru sampai depan pintu, langsung dipukuli pake pipa besi, dianjing-anjingin, ditendangin, bagian kemaluan juga ditendangi," tuturnya.

Baca Juga: Suami Kim Kardashian, Kanye West, Siap Maju di Pilpres Amerika 2024

Ia kemudian disuruh jalan jongkok sambil guling-guling dan dipukuli. Selama perjalanan ke Gedung Grahadi Surabaya mereka terus disiksa.

Bintang masih mengingat, bagaimana sepatu bot aparat mendarat di tubuh mereka. Pelipis pun dipukuli.

"Awalnya sempat protes, karena telinga saya waktu itu mendengung berat. Tapi setelah sampai di halaman Grahadi saya pasrah," ucap Bintang.

Baca Juga: UPDATE Pilpres AS: Joe Biden Lewati Obama Pecahkan Rekor Suara Terbanyak Dalam Sejarah Amerika

Ilustrasi demonstrasi menolak Omnibus Law. Antara

Begitupun dengan Andry, korban salah tangkap. Ia mengalami siksaan yang tak kalah kejamnya dengan Bintang.

Padahal ia sudah memperlihatkan KTP dan mengatakan bahwa dirinya seorang dosen, tapi tak digubris.

"Sampai sekarang bagian kepala masih nyeri. Bagian kiri mata belum dalam kondisi normal. Sempat ada pendarahan di mata. Di beberapa bagian tangan ada goresan dan lebam," ucap Andry.

Baca Juga: Joe Biden di Ambang Kemenangan setelah Rebut Michigan dan Wisconsin, Berikut Daftarnya

Ia menjelaskan, saat itu, ia hendak ngeprint hasil pekerjaannya yang terletak di depan salah satu kampus. Rupanya demonstrasi di sana belum selesai.

Karena ada lemparan gas air mata, ia pun menghindar ke parkiran minimarket. Lalu ia ditangkap aparat dan dipukuli bagian kepala di dalam mobil.

"Saya keluarkan KTP, saya bilang saya dosen, tidak ikut demonstran, tapi tetap saja ditangkap," ucap dia.

Baca Juga: Jika Biden Menang Pilpres Amerika Serikat, Ini Dampaknya untuk Indonesia

Ilustrasi demo mahasiswa. DialektikaKuningan.com/Ade Ardiansyah

Saat itu, ada salah satu pimpinan polisi yang membela dirinya. Ia memberikan tempat duduk dan mencegah bawahannya untuk memukul Andry karena dia seorang dosen bukan demonstran.

Namun tetap saja, anak buahnya melakukan pemukulan. Atas tindakan itu, ia menuntut keadilan. Ia melaporkan pelanggaran etik dan pidana hukum.

Begitupun dengan kasus Bintang Keadilan, kini sedang ditangani LBH Surabaya.***

 

Editor: Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler