Video Fahri Hamzah Sebut Pemerintah Libatkan HRS Ciptakan Konflik Ideologi, Netizen: Bener?

- 24 November 2020, 05:55 WIB
Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah. /Twitter @Fahrihamzah. /

Buku itu merupakan kesimpulan dua guru besar Universitas Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Kedua pakar itu menceritakan bagaimana demokrasi bisa mati.

Baca Juga: Klasemen Liga Inggris: Liverpool Tempel Ketat Tottenham, MU Arsenal Jauh tertinggal

"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dalam buku mereka yang terkenal “How Democracy Die”, mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," tambah Fahri.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini pun beberapa kali melontarkan kritik pedasnya pada pemerintah terkait Habib Rizieq.

Mulai dari mempertanyakan kenapa Presiden Jokowi seolah enggan mengucapkan selamat datang ke Habib Rizieq, hingga saat TNI menurunkan baliho Habib Rizieq. 

Dalam cuitan Twitternya, Fahri berkomentar, negara kaget sehingga dalam kondisi seperti ini belum bisa mengantisipasi keadaan.

Baca Juga: Jubir KPK: Kasus Djoko Tjandra Bisa Seret Tersangka Lainnya

"Awalnya dianggap kecil dan gak penting. Ternyata banyak dan membludak. Lalu nyalahin yang datang dan memecat petugas keamanan,” tulis Fahri dikutip Jurnal Gaya dalam akun twitternya @fahrihamzah, Selasa 17 November 2020.

Fahri pun berkomentar seharusnya negara sudah bisa mengantisipasi sejak dini. “Negara itu punya fungsi deteksi dan mitigasi. Jangankan demo, cuaca dan bencana aja bisa diterka. Jadi negara gak boleh kaget dan salah tingkah dong," cuit Fahri Hamzah dalam akun Twitternya. ***

 

Halaman:

Editor: Firmansyah

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah