Baca Juga: Jubir Jusuf Kalla: Jangan Kotori Pak JK Dengan Fitnah!
Ancaman tersebut dinilai tidak elok. Sebab gubernur, bupati, dan wali kota merupakan pejabat politik yang dipilih oleh warga. Bukan hasil pengangkatan presiden.
Buku tersebut pun dikomentari Fahri Hamzah. Ia mengatakan, orang Jakarta baru membicarakan buku tersebut. Padahal dirinya sudah membahasnya sejak jauh-jauh hari.
"Orang jakarta lagi ribut ini, Saya dah ribut awal tahun lalu..." tulis Fahri Hamzah di akun Twitter pribadinya.
Orang jakarta lagi ribut ini, Saya dah ribut awal tahun lalu...???? https://t.co/MiNuqWD1Ye— #GS2020KolaborasiYuk (@Fahrihamzah) November 22, 2020
Buku itu merupakan kesimpulan dua guru besar Universitas Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Kedua pakar itu menceritakan bagaimana demokrasi bisa mati.
Baca Juga: Klasemen Liga Inggris: Liverpool Tempel Ketat Tottenham, MU Arsenal Jauh tertinggal
"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dalam buku mereka yang terkenal “How Democracy Die”, mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," tambah Fahri.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini pun beberapa kali melontarkan kritik pedasnya pada pemerintah terkait Habib Rizieq.
Mulai dari mempertanyakan kenapa Presiden Jokowi seolah enggan mengucapkan selamat datang ke Habib Rizieq, hingga saat TNI menurunkan baliho Habib Rizieq.