Network
JURNAL GAYA – Pasca longsor yang menewaskan 13 orang dan 27 orang masih dinyatakan hilang di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kepala BNPB Doni Monardo merekomendasikan beberapa daerah yang memiliki kemiringan curam dan dekat dengan pemukiman untuk menanam pohon.
Baca Juga: Korban Longsor Desa Cihanjuang Cimanggung Harus Ikhlas Direlokasi Karena Kawasannya Berbahaya!
Pasalnya kejadian longsor Sumedang dikatakan Doni karena alih fungsi lahan yang awalnya ditanami pepohonan keras berubah menjadi ladang dan kebun. Akibatnya minim penahan ketika longsor terjadi.
“Menanam pohon di kemiringan adalah kewajiban. Karena kalau bukan pohon tetapi sayuran, tanah itu tidak kuat menahan erosi. Curah hujan tinggi akan mudah longsor,” ujar Doni, Senin 11 Januari 2021.
Baca Juga: Longsor Cimanggung Sumedang, 27 Orang Masih Dinyatakan Hilang
Selain itu, Doni menambahkan bahwa kontur atau morfologi tanah di Jawa Barat berupa kemiringan terjal, jadi jangan menebang pohon. Fungsi pohon sangat baik dalam mencegah bencana tanah longsor.
Baca Juga: GAWAT! Luas Lahan yang Potensi Longsor Kategori Bahaya di Sumedang Capai 60.872 Hektare
“Apabila pohon ditebang, 2-3 tahun kemudian akar akan busuk. Akibat akar busuk dan curah hujan tinggi, air akan masuk di sela-sela akar yang mengakibatkan tanah menjadi labil. Akibat tanah labil dengan kemiringan tertentu sehingga dengan mudah longsor. Pengetahuan tentang ini belum banyak dimiliki oleh masyarakat kita,” kata Doni.
Bahkan ketika Doni meninjau langsung lokasi lonsor pada Minggu, 10 Januari 2021, ia melihat pohon sukun dan aren yang masih berdiri kokoh. Menurutnya, pilihan jenis tanaman yang mempunyai akar kuat, seperti pohon sukun dan pohon aren, akan membantu kekuatan struktur tanah. Doni menyampaikan BNPB akan membantu dalam penyediaan jenis tanaman yang memiliki akar kuat untuk ditanam di kawasan longsor.
