Titin mengaku, proses pembuatan roti jahe merah sendiri tidak berbeda dengan roti biasa. Bedanya, Titin menggunakan tepung jahe merah sebesar 6 persen dicampur tepung terigu (3 persen), ragi Saccharomyces cerevisiae serta bahan baku pembuat roti lainnya.
Ragi pada proses pembuatan roti, kata dia, diperlukan untuk mengembangkan adonan roti. Enzim pada ragi berfungsi memecahkan karbohidrat menjadi karbon dioksida, kemudian akan membentuk gelembung. Saat proses pemanggangan, gelembung ini akan terdistribusi.
Penambahan tepung jahe, kata dia, ternyata memiliki pengaruh berbeda untuk tingkat pengembangan adonan rotinya. Dari hasil penelitiannya, Titin menemukan bahwa penambahan tepung jahe merah sebesar 6 persen berpengaruh terhadap karakteristik fisik roti.
“Roti menjadi lebih ringan dan lebih pendek dengan diameter yang lebih kecil,” kata Titin.
Baca Juga: Pelaksanaan Pilkada Jadi Polemik, Ridwan Kamil Tak Mau Ambil Pusing
Selain itu, meski dipanggang, kadar antioksidan pada tepung jahe masih terjaga. Sehingga roti jahe merah memiliki kadar antioksidan yang lebih baik daripada roti biasa. "Ini menunjukkan bahwa dengan metode pembuatan yang tepat, kandungan senyawa kimia pada jahe merah masih tetap terjaga," katanya.
Kaya Manfaat
Saat melakukan penelitian, Titin melakukan pengujian roti kepada 24 relawan. Selama 14 hari, relawan mengonsumsi roti jahe dengan berat roti 50 gram.
Hasilnya, intervensi roti jahe merah pada relawan berpengaruh pada lingkar perut masing-masing. Terjadi penurunan lingkar perut sebesar 4,25 persen, sedangkan untuk berat badan mengalami penurunan sebesar 0,33 persen.