Masuk Zona Merah Covid-19, Wali Kota Cirebon Meminta Masyarakat Lebih Waspada Saat Masuk Wilayahnya

- 24 Mei 2021, 23:09 WIB
Suasana Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, Rabu 21 April 2021.
Suasana Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, Rabu 21 April 2021. /Biro Adpim Jabar/Pipin/

 

JURNAL GAYA - Kekhawatiran Satgas Covid-19 terjadinya penularan Covid-19 saat libur lebaran yang lalu mulai menjadi kenyataan.

Setelah timbulnya klaster baru di sebuah pabrik garmen di Kabupaten Bandung dan terkonfirmasi positif di atas 100 orang karyawannya, data baru menunjukkan Kota Cirebon merubah menjadi zona merah seusai libur lebaran yang lalu.

Kota Cirebon menjadi salah satu kota perlintasan para pemudik sekaligus menjadi salah satu destinasi wisata masyarakat yang liburan. 

Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil mengatakan Kota Cirebon menjadi satu-satunya daerah di wilayah Jawa Barat yang masuk dalam zona merah Covid-19 pada pekan ini.

"Tentunya kami akan fokus dua pekan ke depan karena kami menduga Kota Cirebon itu jadi tujuan perlintasan mudik, juga destinasi pariwisata. Kami akan melakukan proses pergerakan memastikan Kota Cirebon tidak (zona) merah," kata Ridwan Kamil seusai Rapat Koordinasi terkait Penanganan COVID-19 di Bandung, Senin, 24 Mei 2021.

Baca Juga: Ridwan Kamil : Pasca Lebaran Kota Cirebon Masih Zona Merah COVID 19

Menanggapi pernyataan Gubernur Jawa Barat, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mewanti-wanti kepada masyarakat dari luar Kota Cirebon untuk berhati-hati saat masuk ke Kota Cirebon yang telah menyandang status zona merah.

Menurut Wali Kota saat ini masuk kota Cirebon masuk zona merah dan berisiko tinggi terkena penyebaran Covid-19.

"Kota Cirebon masuk zona berbahaya penyebaran COVID-19," kata Azis di Cirebon, Senin, 24 Mei 2021.

Menurut Azis saat ini Kota Cirebon menjadi satu-satunya daerah di Provinsi Jawa Barat, yang masuk zona merah.

Baca Juga: Usai Libur Lebaran Klaster Baru Muncul, 109 Karyawan Pabrik di Kabupaten Bandung Terindikasi Postif Covid-19

Wali Kota meminta kepada masyarakat yang berada di sekitar Kota Cirebon, agar berhati-hati saat datang dan yang terpenting yaitu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

"Setiap orang wajib memproteksi diri, agar tidak tertular dan tidak menularkan kepada orang lain," tuturnya menegaskan.

Status zona merah merupakan risiko yang harus dihadapi saat kesadaran masyarakat untuk menjalankan prokes mulai menurun.

"Saya tidak malu, tapi saya juga tidak bangga. Justru dengan kejadian ini masyarakat bisa selalu diingatkan kalau bahaya penyebaran Covid-19 selalu mengintai, sehingga mereka tidak akan abai dan terus meningkatkan prokes," tuturnya.

Baca Juga: Jadwal Film TV Senin, 24 Mei 2021, Saksikan Film Bioskop Hollywood dan Indonesia Malam ini

Untuk menanggulanginya Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon telah menyusun beberapa langkah penanggulangan.

Untuk tempat-tempat keramaian seperti mall dan pusat perbelanjaan, Pemda meminta pengelolanya menjaga para pengunjungnya agar sesuai aturan, yaitu 50 persen dari kapasitas dan menerapkan prokes dengan ketat.

"Kita tidak bisa melarang aktivitas ekonomi, tapi kita minta masyarakat jadi garda terdepan dalam penerapan prokes," kata Azis.

Baca Juga: MASYA ALLAH, Hanya 6 Hari Ustadz Adi Hidayat Berhasil Galang Donasi Tembus Rp30,8 Milyar untuk Palestina

Kota Cirebon dalam pekan ini masuk sebagai satu-satunya wilayah di Jabar yang masuk zona merah. Wali Kota beralasan karena wilayahnya bersama Satgas Penanganan Covid-19 Kota Cirebon rajin melakukan tracing dan testing hingga tingkat RT dan RW.

Aziz juga menjelaskan kalau sistem pelaporan Covid-19 bersifat akumulasi. Sehingga kejadian yang terjadi pada pekan lalu bisa masuk ke pekan ini, alhasil terjadi peningkatan yang cukup tinggi.

"Tapi tidak apa-apa. Kita sampaikan ini ke masyarakat. Sehingga mereka tidak abai menerapkan prokes dengan ketat," pungkas Azis.***

 

Kang Emil mengatakan rumah sakit alami kenaikan pasien, walau tidak signifikan hanya satu persen dan sebelumnya tingkat keterisian rumah sakit di Jabar sempat menyentuh 29 persen sekarang 30 persen.

"Jadi pola di akhir tahun kita waspadai agar tidak ada lompatan (kasus COVID-19) masih aman terkendali," katanya.

Baca juga: Di tengah pandemi COVID-19, DBD di Karawang-Jabar capai 278 kasus

Baca juga: Berada di zona merah, 11 desa di Garut-Jabar larang KBM tatap muka

Menurut dia, berdasarkan evaluasi selama Lebaran sangat-sangat baik karena lebih dari setengah juta kendaraan sudah diperiksa dan sekitar 220 ribuan pemudik berhasil dibalik-kanankan.

Selain itu, kendaraan yang keluar juga hampir sama 300 ribu dan begitu juga yang datang ke Jabar juga sama masih ada yang belum kembali sekitar 30 ribuan kendaraan.

"Kami antisipasi dengan antigen random sampling di 17 titik itu kita lakukan. Saya ucapkan apresiasi kepada desa-desa yang melakukan isolasi mandiri," kata dia.

Vaksinasi lansia

Kang Emil juga mengapresiasi Kota Bandung yang cakupan vaksinasi COVID-19 di kalangan lansia sudah di atas 30 persen dan hal ini menandakan Kota Bandung layak menjadi contoh.

"Jawa Barat itu penduduk sangat besar. Tapi kalau jumlah aslinya mendekat empat juta yang berhasil. Ini evaluasi yang terus kita lakukan," ujar dia.

Kang Emil menuturkan vaksinasi harus terus di tingkatkan, walaupun secara teori kita bisa kembali normal secepatnya.

Selain itu, Pemprov Jabar juga akan terus melakukan pengetesan kepada orang yang pulang dari luar negeri.

"Kami lakukan tes tapi belum ada hasilnya, apakah dia kena COVID-19 atau dengan varian baru. Karena yang namanya COVID-19 memang terus bermutasi," katanya.*

Editor: Dini Yustiani

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x