Sejak Kecil Ustadz Adi Hidayat Sudah Jadi Orator Ulung yang Kuasai Panggung

- 3 Juni 2021, 08:05 WIB
Fahd Pahdepie bersama Ustadz Adi Hidayat yang juga kakak kelasnya saat di Pondok Pesantren Darul Arqam
Fahd Pahdepie bersama Ustadz Adi Hidayat yang juga kakak kelasnya saat di Pondok Pesantren Darul Arqam /

JURNAL GAYA – Siapa yang tak kenal dengan Ustadz Adi Hidayat. Salahsatu ulama yang dikenal hapal al qur’an hingga ke halaman bahkan tata letak ayatnya beliau hapal. Rupanya kejeniusan seorang Ustadz Adi Hidayat sudah terlihat sejak kecil ketika menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, pesantren kader ulama tarjih Muhammadiyah.

Fahd Pahdepie yang kini menjadi juru bicaranya mengungkapkan masa kecil Ustadz yang akrab disapa UAH ini melaui medsosnya @fahdpahdepie.  “Mengapa saya membela Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan berdiri di garis paling depan? Izinkan saya sedikit bercerita,” bukanya dalam postingan yang diunggah, Selasa 2 Juni 2021 itu.

Fahd sendiri ditahun 1999 diceritakan baru masuk menjadi santri di Ponpes Darul Arqam sekaligus adik kelas UAH. Pimpinan Ponpes saat itu, Kiai Miskun seolah ingin menunjukkan kader terbaiknya, untuk mempersilakan Adi Hidayat kecil berpidato.

Baca Juga: MASYA ALLAH, Hanya 6 Hari Ustadz Adi Hidayat Berhasil Galang Donasi Tembus Rp30,8 Milyar untuk Palestina

“Dengan penuh percaya diri A Adi, begitu kelak saya memanggilnya, naik ke atas mimbar. Perawakannya kecil, tetapi suaranya menggelegar. Ia berdalil dengan quran, hadits, mengutip banyak referensi ilmiah, berpidato dengan retorika yang memukau. Kadang dengan bahasa Inggris di satu bagian, Bahasa Arab di bagian yang lain. Keduanya fasih,” kenang Fahd.

Seluruh hadirin saat itu terpukau, berdecak kagum. “Saya melongo, ibu saya meneteskan air mata. "Nanti kamu harus begitu, ya, belajarlah sama A Adi. Dekati, berguru." Pesannya. Saya mengangguk. Usia saya masih 12 tahun, terpaut dua tahun saja dari A Adi. Memori itu tercetak kuat dalam ingatan saya, apalagi pesan ibu,” bebernya.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Hari demi hari berlalu. Sebagai santri dirinya berusaha mengenal dan dekat dengan UAH. Kadang seusai shalat berjamaah, mereka duduk berdua, berhadap-hadapan, bertanya tentang apa saja. “A Adi sering memberi saya nasihat, motivasi, kadang memberi saya tantangan-tantangan juga. Pada saatnya kami cukup dekat. Sejak dulu banyak yang segan untuk bisa dekat dan ngobrol dengan A Adi, saya mungkin salah satu dari yang sedikit bisa mendapat kemewahan berdiskusi panjang dengannya,” ungkapnya.

Pada saatnya, keduanya tumbuh seolah ke arah yang berbeda. “A Adi kuliah agama, saya kuliah politik. A Adi ke Libya, saya ke Australia. A Adi hadir di konferensi-konferensi Internasional di Timur Tengah, saya di Eropa dan negeri Barat lainnya. A Adi menjadi orator ulung, saya memilih menjadi penulis. A Adi menjadi ulama, saya menjadi pengusaha,” paparnya.

Baca Juga: Mumpung Masih di Pertengahan Ramadhan, Ini 6 Syarat Menghapal Al Qur’an yang Mudah dari Ustadz Adi Hidayat

Keduanya pun selalu terhubung dan terus menjalin komunikasi selepas dari Ponpes. “Yang tak banyak orang tahu, kami selalu terhubung. Setiap kali ada waktu, saya pasti mendatanginya, meminta nasihat, duduk berdekatan seperti dulu,” ucapnya.

Kini, setelah 25 tahun kemudian dari sejak pertama kali bertemu dan mendapatkan pesan ibunya dulu, perasaannya masih sama. “Ada yang bertaut. Mungkin Allah sudah mengaturnya. A Adi akan selalu menjadi sahabat, kakak, mentor, guru saya. Kami dihubungkan oleh Darul Arqam, Muhammadiyah, dan lainnya,” tuturnya.

Maka kapanpun, saat UAH dihina, apalagi difitnah, ada yang selalu ikut terluka dalam dirinya. “Saya ingat Kiai Miskun yang begitu membanggakan murid kesayangannya itu, saya ingat nasihat ibu saya, saya ingat pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan dari A Adi hingga saya menjadi seperti hari ini,” bebernya.

Untuk itu, ditambahkan Fahd, usai i'tikaf kemarin bersamanya selama 10 hari di penghujung Ramadhan, saya katakan pada istri saya, "Saya melihat sesuatu yang besar akan terjadi pada diri UAH di kemudian hari, ia bukan hanya akan jadi ulama, tetapi juga pemimpin besar yang menggerakkan bangsa ini. Mungkin ini tugas sejarah saya untuk membersamainya, berada di belakangnya."

Hari ini ada orang-orang yang memfitnah UAH. Ada yang berusaha merendahkan harga dirinya. Ada yang membuat framing-framing jahat tentangnya. “Saya bersaksi semua itu tak akan mengubah apapun dari UAH, ia akan tetap menjadi guru yang faqih, pribadi yang mulia akhlaknya. Tetapi saya harus turun membelanya, membela seorang sahabat, kakak, mentor sekaligus guru saya. Saya akan kerahkan semua yang saya bisa, semua yang saya punya,” janjinya. ***

Editor: Yugi Prasetyo

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x