BLT UMKM Diperlukan, tapi Momentumnya Terlambat, Terlanjur Banyak yang Terpuruk

- 8 September 2020, 10:15 WIB
Produk unggulan UMKM Jabar
Produk unggulan UMKM Jabar /Dok. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar

"Supply produk terganggu, serapan anjlok karena daya beli masyarakat merosot. Dampak pandemi semakin terasa berat," ujar Iwan.

Dengan kondisi seperti ini, ia menilai, BLT saja tidak cukup. Pemerintah harus melengkapi program BLT dengan pendampingan bagi pelaku usaha dan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Baca Juga: UMKM yang Belum Dapat BLT Rp 2,4 Juta Masih Bisa Mendaftar, Ini Caranya

"Akibat pandemi, lebih dari 70% UMKM terdampak, khususnya yang berskala mikro. Hanya sebagian kecil yang mampu bertahan dan meningkatkan kinerja usaha selama pandemi," kata Iwan.

Iwan melanjutkan, diantara mereka ada yang mengalami gulung tikar, ada yang beralih sektor usaha, dan ada tetap melanjutkan usaha dengan omzet yang anjlok signifikan. Seiring berjalannya waktu, menurut dia, dampaknya semakin terasa berat bagi UMKM.

"Kasus Covid-19 terua melambung. Sebagian masyarakat semakin takut berbelanja dan sebagian lainnya mengalami penurunan daya beli," tutur Iwan.

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Tahap I dan II Telah Tersalurkan, Ini Daftar Provinsi Penerima di Indonesia

Persoalan utamanya, menurut dia, sebahian besar produk UMKM Indonesia ditujukan kepada end user. Berbeda dengan UMKM di luar negeri yang juga membidik industri, sehingga pasar mereka sudah jelas karena terikat kontrak.

"Pelaku UMKM di Indonesia mayoritas bergerak di sektor fesyen, makanan minuman, dan kerajinan. Pasarnya langsung end user," katanya.
 
Oleh karena itu, ia menikai, penanganannya harus lebih komprehensif, jangan hanya sebatas BLT, agar memiliki daya ungkit besar untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, khususnya kondisi UMKM.***
 
 
 

 

Halaman:

Editor: Nadisha El Malika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah