"Pertemuan itu akan menjadi kesempatan bagi Washington untuk menunjukkan bahwa mereka masih tertarik dengan sekutu Asia Tenggara, meskipun lebih bersifat bilateral daripada multilateral," katanya.
Baca Juga: Pemerintah Tuding Demo Tolak UU Cipta Kerja Dibiayai Elit, BEM SI: Rakyat Sudah Resah!
Kenyataan lain juga diungkap Arifianto. Ini ujarnya, terkait moderenisasi militer RI.
"TNI Angkatan Darat sedang menjalani program modernisasi militer skala besar untuk menggantikan infrastruktur pertahanan yang sudah tua termasuk pesawat, kapal, tank, serta teknologi persenjataan," katanya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Prabowo telah menyatakan minatnya untuk memperoleh 15 Eurofighter Typhoon Aircraft bekas dari Austria, F-16 Viper dari AS, dan jet tempur Rafale dari Prancis.
Juli lalu, Rusia mengatakan kesepakatan untuk menjual 11 jet tempur Sukhoi Su-35 ke Indonesia senilai 1,14 miliar dolar AS masih berjalan.
Pengamat dari National War College di Washington, Zachary Abuza menyebut, selain pemberian visa adalah kemenangan Prabowo dari AS. Ia berujar jelas AS membebaskan sanksi demi hubungan bilateral.
Baca Juga: Kecewa terhadap Jokowi, Mahasiswa Ancam Kembali Turun ke Jalan Hingga UU Cipta Kerja Dicabut
Indonesia sebenarnya mengatakan 'nonblok' dan tak ingin berkonflik dengan AS-China. Namun, kata dia, Indonesia memang lebih berat ke China karena Beijing menggerakkan ekonomi Indonesia dan membantu dalam penanganan Covid.
Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan media AS The Politicio, AS telah memutuskan memberi visa pada Prabowo sebagai syarat masuk ke negeri Paman Sam.