Australia Terancam Kehilangan Timor Leste Jika Tak Rangkul Prabowo Seperti AS, Ini Sebabnya

- 30 Oktober 2020, 11:38 WIB
Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto.
Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto. /ARI SUPRIADI/REFERENSI BERITA/ZONA JAKARTA

JURNALGAYA - Referendum 30 Agustus 1999 memastikan langkah baru bagi Indonesia maupun Timor Timur (sekarang Timor Leste).

Dari awalnya terdapat dua kubu antara orang yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan tetap bergabung ke Indonesia hingga akhirnya mayoritas penduduk Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia.

Referendum yang didukung PBB itu mengakhiri konflik berdarah sekaligus mengakhiri kependudukan mereka sebagai Warga Negara Indonesia. Negara tersebut kini telah berusia 18 tahun.

Baca Juga: Lama Tak Muncul, Anak SBY Tiba-tiba Geram Ajak Umat Islam Bersatu: Mari Kita Buktikan!

Saat konflik Timor Timur-Indonesia berlangsung, Australia menjadi negara yang paling getol mendukung kemerdekaan Dili.

Tapi kini musuh kuat menghampiri Australia. Musuh tersebut jauh lebih menyeramkan dibanding Indonesia. Musuh itu, Sang Naga China!

Australia tak habis pikir kenapa China bisa menjadi lawan mereka saat ini.

Namun ini nyata bahkan Australia bisa kehilangan Timor Leste jika tak melakukan serangkaian manuver tajam dalam politik luar negerinya.

Baca Juga: Kim Jong Un Bakal Jadikan Mantan Pacar Penguasa Korea Utara, Bagaimana Nasib Adik dan Istrinya?

Dikutip dari The Diplomat, Kamis (20/10/2020) yang menayangkan artikel berjudul Prabowo Set to Complicate the Australia-Indonesia Relationship' karya Ross B.Taylor AM, dijelaskan, jika pemerintah Australia harus sesegera mungkin mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) mengundang Menhan Indonesia Prabowo Subianto berkunjung ke negaranya.

AS bahkan rela jadi bulan-bulanan Amnesty Internasional karena mengeluarkan Visa bagi Prabowo yang dicap sebagai pelanggar HAM di Timor Timur dan penculikan aktivis 1998.

Seperti diberitakan ZonaJakarta dalam artikel Australia Bisa Kehilangan Timor Leste Jika Tak Segera Pepet Prabowo Subianto, Ini Sebabnya, Australia menetapkan hal yang sama dengan AS dimana melarang Prabowo menginjak tanah negeri Kangguru karena dicap pelanggar HAM.

Baca Juga: Politisi PDIP Dewi Tanjung Curigai Video Tim Najwa Shihab: Punya Rekaman CCTV Dari Mana?

Walau sekarang larangan itu sudah dicabut namun pemerintah Australia bisa malu di dunia internasional jika mengundang Prabowo yang dulu mereka perlakukan sedemikian rupa.

Tapi Washington nekat saja karena mereka tahu hanya dengan mendekati Prabowo maka pengaruh China di Asia Tenggara bisa dibendung.

Australia Kena Getahnya, Duit Utangan Timor Leste dari China Ludes : Pelabuhan Dikuasai Beijing
Australia Kena Getahnya, Duit Utangan Timor Leste dari China Ludes : Pelabuhan Dikuasai Beijing Xinhua

"Prabowo berhasil mendekati Rusia dan China, beserta AS dan secara efektif menempatkan Indonesia dalam situasi menguntungkan," tulis Ross dalam artikelnya.

"Dalam banyak hal, Indonesia dan Australia memiliki tantangan yang sama berkenaan dengan China."

"Akan tetapi kedua negara sama-sama memiliki keraguan serius akan niat Beijing di Indo-Pasifik," lanjut Ross.

Australia sendiri harus segera memepet Prabowo untuk hubungan lebih baik demi memenangkan pertarungan melawan China.

Baca Juga: Cara Baru Bayar QRIS, Unggah QRIS ke ShopeePay Dari Galeri Ponsel

"Pilihan untuk mengikuti jejak Amerika dalam mengabaikan masa lalu Prabowo (di Timor Timur) dan dipertanyakan mungkin terbukti tidak dapat dihindari bagi para pemimpin Australia," tulis Ross.

Terlebih Timor Leste bisa saja lepas dari genggaman Australia karena pengaruh China di sana semakin kuat.

Timor Leste diketahui meminjam dana sebesar Rp 263 triliun untuk proyek pembangunan nasional Tasi Mane dan pengeboran minyak lepas pantai Greater Sunrise.

Baca Juga: Lembang Park and Zoo Terapkan Protokol Kesehatan Agar Pengunjung nyaman dan Aman

Dana pinjaman itu ludes terpakai namun gegara Covid-19 harga minyak dunia jatuh dan proyek Greater Sunrise Timor Leste dibayangi kegagalan.

Peter Jennings selaku Direktur Eksekutif Institut Kebijakan Strategis Australia mengaku khawatir dampaknya akan sampai ke Sydney.

"Timor Leste kini terikat dengan China adalah hal yang menurut saya kebijakan itu akan sangat mengkhawatirkan," kata Jennings seperti dikutip dari The Australian.

"Perhatian Australia akan terpaku pada hubungan Timor Leste dengan China yang bisa memengaruhi keamanan nasional kami," katanya.

Juga pengamat dari Universitas La Trobe Bec Strating yang sudah memperhatikan perkembangan Timor Leste sedari invasi Indonesia ke Timor Timur tahun 1975 menjelaskan jika pelabuhan di Selatan negara itu sudah dikuasai oleh China.

Baca Juga: 5 Fakta Oknum Netizen Kena Batunya Akibat Komentar Jahat, Salah Satu Korbannya BTS

"Saya menduga Canberra akan prihatin tentang kemungkinan pelabuhan yang dikuasai Beijing di pantai sebekah selatan Timor Leste," katanya.

"Biasanya mereka (pengutang) terlalu percaya dan membayarnya akan jauh terlalu banyak ke China," katanya.

Dikutip dari SCMP, China sendiri memang berambisi memasukan Timor Leste sebagai bagian dari proyek raksasa One Belt One Road (OBOR) dimana akan menghubungkan jalur perdagangan dari Asia ke Eropa.

China menyasar pelabuhan-pelabuhan di Timor Leste karena hal di atas, namun kunjungan kapal perang PLA Navy ke pelabuhan Dili membuat Australia khawatir.

Baca Juga: Jangan Menyerah, Lowongan CPNS 2021 Dibuka Lebih Banyak dari Tahun Lalu, Cek di Sini!

Pasalnya Timor Leste disinyalir akan kesulitan membayar utang dimana operasional pelabuhannya akan dikendalikan oleh China layaknya yang terjadi di Sri Lanka.

Kekhawatiran Australia berdasar lantaran jika operasional pelabuhan sepenuhnya diambil alih oleh Beijing maka China dapat menempatkan kapal perangnya di sana dan jarak antara Darwin dengan pelabuhan di Timor Leste itu cuma 500 km, sebuah radius tempur yang dengan mudah dicapai oleh pesawat pembom nuklir Xian H-6 PLA Navy.

Di titik inilah Prabowo yang punya peran strategis di pemerintahan Jokowi bisa membendung pengaruh China di Asia Tenggara dimana Indonesia bisa bersikap netral dan 'mengagalkan' skenario di atas agar Australia aman dari ancaman militer China.

China sendiri sudah mengakui jika Indonesia adalah kekuatan regional sebenarnya di Asia Tenggara dimana kebijakan luar negerinya bisa berpengaruh langsung terhadap China.*** (Beryl Santoso/ZonaJakarta)

Editor: Firmansyah

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah