Jokowi Akhirnya 'Tempeleng' Presiden Prancis Macron, Ingatkan Umat Beragama Bisa Terpecah Belah

- 31 Oktober 2020, 15:04 WIB
Presiden RI Jokowi.
Presiden RI Jokowi. /Setkab.go.id


JURNALGAYA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang belakangan ini dinilai memicu kemarahan umat Islam di berbagai belahan dunia.

Kecaman tersebut disampaikan Jokowi usai melakukan pertemuan dengan beberapa pemuka agama di Istana Negara, Jakarta.

"Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata Jokowi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu 31 Oktober 2020.

Jokowi menyatakan, pernyataan Macron tersebut telah melukai perasaan jutaan umat Muslim di dunia dan dapat memecah persatuan umat beragama.

Baca Juga: Perselisihan Sengit Membuat Angkatan Laut AS-Jepang Mainkan War Games Melawan Penjaga Pantai China

Disebutkan, dunia saat ini seharusnya bersatu dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19).

Selain merespons celotehan Macron, mantan Wali Kota Solo itu juga mengecam tindakan kekerasan yang terjadi di sejumlah kota di Prancis yang mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan beberapa orang mengalami luka-luka pada Kamis 29 Oktober 2020.

"Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa," sambungnya.

Baca Juga: Mobil Tabrak Masjidil Haram, Sang Sopir Langsung Diseret ke Kantor Kejaksaan

Jokowi menekankan bahwa tindakan radikalisme dan terorisme merupakan perbuatan tercela dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama manapun.

Ia pun meminta masyarakat Indonesia untuk tetap memegang kesakralan nilai agama tanpa menghubungkan dengan aksi yang radikal.

"Indonesia mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik," ujarnya.

Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron memicu kemarahan umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Gempa Turki Telan 22 Korban Jiwa, Hubungan Erdogan dengan PM Yunani dan Presiden Prancis Mencair

"Ada kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang hukum Republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai yang lain," kata Macron awal Oktober 2020 lalu.

Macron juga merespons insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty oleh Abdoullakh Abouyezidovitch dengan mengatakan Islam adalah "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia".

Insiden tersebut merupakan reaksi dari pembahasan kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya.

Macron menganggap Paty sebagai martir yang mengusung kebebasan berpendapat dan pelakunya adalah seorang radikal Muslim.

Ia pun menindaklanjuti insiden ini dengan perintah pengawasan terhadap ormas Islam Prancis dan menutup sejumlah masjid yang mencurigakan.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x