Kaum Milenial Jadi Target, Kini Rekrutmen Teroris Gencar Dilakukan Melalui Media Sosial

3 April 2021, 15:02 WIB
Ilustrasi teroris. /PublicDomainPictures /Pixabay

JURNAL GAYA - Kalangan anak muda atau kaum milenial menjadi target utama rekrutmen oleh kelompok teror saat ini.

Hal tersebut diungkapkan Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto dalam diskusi daring yang disiarkan di YouTube, Sabtu, 3 Maret 2021.

"Memang milenial ini menjadi target utama dari mereka," katanya.

Ia pun membeberkan beberapa alasan kelompok milenial menjadi target utama.

Pertama, kelompok milenial seringkali tidak banyak yang berpikir kritis.

Hal itu membuat kelompok milenial kerap menelan mentah-mentah ajaran yang dibuat dan disasar oleh kelompok teror.

Baca Juga: Atta Halilintar Sah Jadi Suami Aurel Hermansyah, Ternyata Ini Mas Kawinnya

Kedua, Wawan mengatakan, kalangan milenial masih memiliki keberanian yang lebih ketimbang kalangan lainnya.

"Juga tidak banyak tanggungan. Masih lebih emosional dan lebih berpikir pragmatis, apalagi ada iming-iming masuk surga dan lain-lain," kata Wawan.

Melihat hal itu, Wawan meminta kepada kalangan milenial untuk terus melakukan konfirmasi dan mengecek kembali ajaran-ajaran yang bernuansa radikal.

Tak hanya itu, Wawan juga meminta para orang tua untuk terus mengontrol anak-anaknya, terutama yang masuk dalam usia milenial. Termasuk, memantau pelbagai buku bacaan yang sedang mereka baca.

Baca Juga: Baekhyun EXO Ikuti Wajib Militer di Hari Ulang Tahunnya: Ini Bukan Perpisahan yang Permanen

"Yang biasanya riang jadi pemurung, yang biasanya enggak pergi kemana-mana jadi tahu-tahu kalau pulang minta uang. Dia (anak-anak) hanya bicara dengan networking yang ada di media sosial karena dia di-drive di situ untuk melakukan apa pun," ujarnya.

Wawan juga mengimbau agar orang tua terus melakukan patroli 24 jam untuk memantau kegiatan anak-anaknya yang masih berusia milenial di dunia maya.

Hal itu bertujuan agar kalangan milenial tak terjebak oleh paham-paham radikal yang selama ini marak di dunia maya.

"Oleh karena itu kita selalu dorong, bacaan-bacaan kaum milenial itu dikontrol oleh orang tuanya. Karena hanya orang tuanya yang paling paham," kata Wawan.

Baca Juga: Hadiri Pernikahan Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar, Bambang Soesatyo: Jangan Lari ke Orang Ketiga

Mantan narapidana terorisme, Haris Amir Falah pun membeberkan banyak anak muda terpapar radikalisme dan terorisme dari media sosial.

Kecanggihan teknologi, kata dia, mempermudah para kelompok maupun jaringan terorisme dalam merekrut anggota.

"Sekarang itu karena teknologi sudah canggih, orang itu bisa direkrut tanpa bertemu muka. Mereka bisa aktif berdialog dibina lewat media sosial," katanya.

Haris mengatakan, instrumen media sosial membuat para pelaku lebih mudah dibaiat tanpa harus bertemu langsung.

Baca Juga: Rencana Dihadiri Presiden Jokowi, Lokasi Pernikahan Atta Halilintar Distrerilisasi Paspampres Sejak Semalam

Berbeda dengan zamannya yang kebanyakan perekrutan dilakukan dengan menyusupi diskusi-diskusi pengajian.

"Sistem baiat sekarang, kan, tidak harus bertemu. Mereka bisa di kamar sendirian kemudian berbaiat, kemudian sudah terikat. Jadi bisa sekali didoktrin tanpa tatap muka," kata Haris.

Editor: Dini Yustiani

Tags

Terkini

Terpopuler