JANGAN KHAWATIR, Megathrust Selat Sunda Bukan Peringatan Dini, Berikut Ini Penjelasan dari Pakar BMKG dan ITB

- 26 Januari 2022, 10:18 WIB
Ilustrasi Nelayan Pangandaran yang sedang beraktivitas meski ramai pemberitaan Megathrust
Ilustrasi Nelayan Pangandaran yang sedang beraktivitas meski ramai pemberitaan Megathrust /Heriyanto Retno

JURNAL GAYA - Maraknya pemberitaan tentang Megathrust di Selat Sunda membuat sebagian besar masyarakat panik.

Padahal informasi dari pakar kegempaan dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tentang Megathrust di Selat Sunda bukanlah prediksi atau peringatan dini.

Dikutip Jurnal Gaya dari laman Desk Jabar yang berjudul MEGATHRUST SELAT SUNDA Bukan Peringatan Dini, Pakar BMKG: Tetaplah Beraktivitas di Pantai, Cari Ikan, Tamasya mengungkap fakta tentang Megathrust di Selat Sunda.

Berdasarkan info dari Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), meminta masyarakat agar jangan salah persepsi bahwa seolah-olah Megathrust akan terjadi dalam waktu dekat.

Baca Juga: Vivo V23 5G Luncurkan Inovasi UV Color Changing Pertama di Dunia, Intip Spesifikasi dan Harganya!

Daryono menulis dalam akun Twitter pribadinya, @DaryonoBMKG, Senin, 24 Januari 2022 malam, "Tetaplah beraktivitas di pantai, mencari ikan, berdagang, dan bertamasya."

Menurut Daryono, BMKG menyediakan peringatan dini, berbarengan dengan itu, pemerintah daerah dan masyarakat mengupayakan mitigasi konkret.

Sekitar satu jam kemudian, Daryono mencuitkan lagi opininya mengenai gempa yang bersumber di Zona Megathrust Selat Sunda. 

"Deretan peristiwa gempa yang bersumber di Zona Megathrust Sunda, bagian dari proses alam, yang sebenarnya kita dapat mengurangi risikonya, kita dapat selamat jika bersungguh-sungguh dalam menyiapkannya," twit Daryono.

Baca Juga: Sinopsis Suster El SCTV, 26 Januari 2022, UPS! Osman Nyaris Terciduk Keluarganya Saat Jenguk Selingkuhannya

Sebelumnya, seperti dilansir dari Antara, Daryono pernah menyatakan bahwa gempa bumi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Ia menyebutkan pula bahwa jarak serta waktu yang berdekatan hanyalah faktor kebetulan, lantaran ada ratusan sumber gempa di Indonesia.  

"Peningkatan aktivitas gempa akhir-akhir ini tidak memiliki kaitan satu dengan lainnya," kata Daryono, Senin, 17 Januari 2022.

Ia menjelaskan bahwa di Indonesia ada banyak sumber gempa. Totalnya lebih dari 295 sumber gempa. 

Baca Juga: Konser Musik Elton John Ditunda Gara-gara Tertular Positif Covid-19

"Sehingga jika terjadi gempa berdekatan jaraknya atau waktunya berdekatan, itu faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya," ujar Daryono.

Sebelumnya, gempa bumi Magnitudo 6,6 terjadi pada Jumat, 14 Januari 2022 yang memiliki episenter 53 kilometer barat daya Sumur di Kabupaten Pandeglang, Banten dengan kedalaman 40 kilometer.

Sehari setelahnya pada Sabtu 15 Januari 2022, terjadi gempa bumi Magnitudo 4,1 dengan pusat gempa 23 kilometer tenggara Bangkalan di Jawa Timur pada kedalaman 14 kilometer.

Gempa kemudian terjadi pada Senin, 17 Januari 2022 pukul 7.25 WIB dengan Magnitudo 5,4 dan pusat gempa berada di laut 84 kilometer barat daya Bayah, Banten.

Baca Juga: ASTAGHFIRULLAH, Dunia Digegerkan dengan Yakjuj Makjuj, Mahluk Astral Tanda Akhir Zaman, Ini Penampakannya

Pada Selasa, 25 Januari 2022, pagi terjadi pula gempa bumi berkekuatan Magnitudo 4,6 yang mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam diskusi virtual, Sabtu 22 Januari 2022, Daryono menjelaskan bahwa pemerintah harus segera melakukan antisipasi terhadap penelitian kegempaan.

Menurut dia, penelitian itu bukan berarti menakut-nakuti masyarakat tetapi meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi serta pendidikan kepada masyarakat serta memperbaiki sarana prasarana pendukung tahan kegempaan.

Regangan di Selat Sunda Semakin Besar

Sementara itu, pakar kegempaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengungkapkan survei yang dilakukan 2006-2012 memperlihatkan adanya regangan (ekstensi) di Selat Sunda. Survei selanjutnya pada 2012-2019 menunjukkan regangan di Selat Sunda itu semakin besar.

Baca Juga: Kepoin Postingan Menarik Vernon SEVENTEEN di Weverse, Selain Tampan Dia Relatable, Bersahaja dan Humoris!

Menurut Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini, wilayah Selat Sunda mengalami regangan yang tinggi yang dapat meningkatkan potensi letusan atau erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Regangan tektonik yang tinggi ini mempercepat intrusi magmatis dan meningkat potensi letusan Gunung Anak Krakatau," kata dia dalam webinar memahami seismik celah (gap) Megathrust di selatan Banten/Selat Sunda, di Jakarta, Jumat, 21 Januari 2022.

Regangan tersebut menyebabkan jarak antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa semakin jauh dan kemungkinan adanya implikasi terhadap aktivitas tektonik terkait sesar dan vulkanik di Selat Sunda.

Dari hasil pemodelan, ada rekatan tektonik (coupling) pada bidang kontak antar lempeng yang sangat dekat dengan Selat Sunda.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek, Vihara Tertua di Bandung Siapkan 260 Lilin Ukuran Besar

"Artinya begitu dekat dengan Selat Sunda kemungkinan gempa terjadi adalah gempa-tsunami," kata Irwan Meilano.

Oleh karena itu, gempa Magnitudo 6,7 di Pandeglang, Banten, pada Jumat, 14 Januari 2022, menjadi peringatan (alarm) untuk meningkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan mitigasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.

Sementara itu, Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Widjo Kongko mengingatkan, di balik gempa bumi Magnitudo 6,7 yang terjadi di Banten, ada potensi ancaman Megathrust di Selat Sunda yang dapat mencapai Magnitudo 8,7 hingga M 9.

Widjo Kongko menjelaskan hal itu di laman BRIN dan melalui keterangan tertulis yang dilansir Antara, Selasa, 18 Januari 2022, bahwa potensi gempa bumi Megathrust Selat Sunda adalah M 8,7.

Baca Juga: SADIS! Bandar Beras di Karawang Tewas Mengenaskan Dihantam Alu, Pelakunya Istri Sendiri dan Selingkuhannya

Akan tetapi, bisa saja lepasnya bersamaan dengan segmentasi di atasnya, yaitu Megathrust Enggano, dan di sebelah timurnya, Megathrust Jawa Barat-Tengah.

"Jika pelepasan potensi gempa tersebut terjadi bersamaan maka magnitudo gempa bumi bisa mencapai 9 atau lebih. Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004," tuturnya.

Namun, kata Widjo Kongko melanjutkan, karena secara umum kedalaman laut di daerah sumber gempa lebih dalam dibandingkan dengan laut di Aceh, maka berdasarkan perhitungan model secara saintifik, tsunami yang terjadi bisa lebih tinggi dari tsunami di Aceh.

Meskipun demikian, ia mengimbau agar masyarakat, terutama warga setempat, untuk tidak panik. Namun, bersama pemerintah daerah atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dapat meningkatkan upaya mitigasi bencana.***Samuel Lantu/Desk Jabar

Editor: Dini Yustiani

Sumber: Desk Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x