JURNALGAYA - Muslim Prancis bereaksi keras atas pembunuhan 3 warga di gereja Kota Nice pada Kamis 29 Oktober 2020.
Mereka mengatakan, kejahatan itu tidak mewakili keyakinan manapun ataupun nilai-nilai seorang Muslim.
Seperti diketahui, serangan tersebut merupakan yang ketiga kalinya dan terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara negara-negara Muslim dan Prancis akibat tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina Islam.
Baca Juga: Dibunuh saat Berdoa, Ini 3 Fakta Pembunuhan Keji di Gereja Prancis
Yasser Louati, seorang aktivis hak-hak sipil Prancis mengatakan, para pelaku kejahatan semacam itu tidak membedakan antara Muslim dan Kristen dan menganut ideologi yang asing bagi Islam.
“Seorang wanita dipenggal di dalam gereja, ini berarti orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan yang suci. Tidak ada batasan moral bagi mereka," seperti dikutip Jurnalgaya dari Al Jazeera.
“Sekitar 750 orang tewas di masjid-masjid di seluruh dunia, mengapa kita tidak bisa menghubungkan titik-titik dan melihat bahwa ideologi ini telah menyebar sehingga sejauh ini kita kalah dalam pertarungan ide.
Baca Juga: Australia Terancam Kehilangan Timor Leste Jika Tak Rangkul Prabowo Seperti AS, Ini Sebabnya
“Kami menghadapi serangan ini seolah-olah mereka terpisah satu sama lain padahal tidak.”
Idriss Sihamedi, seorang aktivis ikut mengecam serangan pisau itu.