Masa Pandemi Covid-19, Minat Investasi di Jabar Masih Tinggi

- 18 November 2020, 17:08 WIB
Nasabah Bank Mandiri Syariah menunjukkan layanan digital di Pusat Oleh-oleh UMKM Indonesia Dakara Mart, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/10/2020). Bank Mandiri Syariah terus fokus dan mengutamakan layanan digital banking untuk memenuhi kebutuhan berbagai transaksi nasabah yang meningkat di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) melalui standarisasi pembayaran digital menggunakan QR Code (QRIS) sehingga masyarakat tidak perlu menggunakan uang tunai untuk mengurangi risiko penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Nasabah Bank Mandiri Syariah menunjukkan layanan digital di Pusat Oleh-oleh UMKM Indonesia Dakara Mart, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/10/2020). Bank Mandiri Syariah terus fokus dan mengutamakan layanan digital banking untuk memenuhi kebutuhan berbagai transaksi nasabah yang meningkat di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) melalui standarisasi pembayaran digital menggunakan QR Code (QRIS) sehingga masyarakat tidak perlu menggunakan uang tunai untuk mengurangi risiko penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp. /ARIF FIRMANSYAH

Baca Juga: Kota Painan Diguncang Gempa Magnitudo 5,3 Tapi Tak Berpotensi Tsunami

“Penurunan kinerja ekonomi Jabar ini dipengaruhi oleh kebijakan yang lebih besar di luar kendali Pemprov Jabar seperti PSBB Jakarta,” jelasnya.

Namun, tambah Ipong, bila melihat secara lebih detail ia melihat ada beberapa sektor yang masih tumbuh dan bisa menjadi pemicu pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini. “Sektor informasi dan komunikasi masih bertumbuh 1,73 persen. Selain itu, kekuatan ekonomi Jabar juga ditopang oleh UMKM, ketahanan pangan, dan posisi Jabar sebagai pusat manufaktur nasional. Semua ini menjadi trigger pemulihan ekonomi,” kata Ipong.

Baca Juga: Prospek Industri Perhotelan di Australia Tetap Menjanjikan

Sementara itu, Senior Government Relations Business Partner Bukalapak, Qaedi Aqsa mengungkapkan, di masa pandemi ini banyak UMKM yang pindah ke platform online. Ada 3 juta UMKM baru yang bergabung dengan Bukalapak. Bahkan kini perusahaan besar dengan merk-merk terkenal sudah masuk ke market place dengan membuka official store karena keunggulannya lebih terukur.

 

“Saat pandemi, lebih banyak orang yang menggunakan market place. Kami meresponsnya dengan memberikan pelatihan dan pendampingan supaya UMKM bisa berjualan online. Namun ternyata UMKM kita lebih banyak produsennya sehingga fokus pada produksi, bukan penjualan,” jelas Qaedi. ***

Halaman:

Editor: Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x