Dormitzer mencatat mutasi lainnya yang ditemukan pada varian baru COVID-19 Afrika Selatan, yang disebut mutasi E484K, yang juga merisaukan.
Baca Juga: Sinopsis Naagin ANTV Jumat 8 Januari 2021, Rocky Naik Jabatan, Cari Sivangi Untuk Pendamping
Para peneliti berencana melakukan riset serupa untuk melihat apakah vaksin tersebut efektif melawan mutasi lain yang ditemukan pada varian COVID-19 Inggris Raya dan Afrika Selatan dan berharap menghimpun data lebih banyak dalam beberapa pekan ke depan.
Para ilmuwan mengaku prihatin bahwa vaksin yang baru-baru ini diluncurkan mungkin tidak mampu melindungi dari varian baru virus corona, terutama yang muncul di Afrika Selatan.
Simon Clarke, profesor mikrobiologi di University of Reading, pekan ini menuturkan bahwa meski kedua varian memiliki beberapa karakter baru yang sama, varian yang ditemukan di Afrika Selatan "mempunyai sejumlah mutasi tambahan", yang meliputi perubahan lebih luas pada peningkatan protein.
Baca Juga: KABAR GEMBIRA! Tarif Listrik Non Subsidi Januari - Maret Tidak Naik, Ini Pertimbangannya
Vaksin Pfizer BioNTech dan vaksin buatan Moderna, yang menggunakan teknologi yang disebut synthetic messenger RNA (mRNA), langsung dapat disesuaikan untuk menangani mutasi baru virus apabila diperlukan.
Para ilmuwan menerangkan bahwa perubahan dapat dilakukan dalam kurun waktu enam pekan.***