10 Tips Duda Keren Mengasuh Anak Tanpa Istri, Menjadi Ayah Tunggal yang Hebat

- 18 Januari 2021, 12:01 WIB
Ilustrasi Mengasuh anak, sebagai single parent
Ilustrasi Mengasuh anak, sebagai single parent /Foto: Pexels

JURNAL GAYA - Takdir terkadang dirasakan tidak adil bagi sebagian orang. Apalagi bila tidak bijak menyikapinya.

Kehilangan seseorang yang dicintai merupakan hal terberat dalam hidup. Kehilangan pasangan karena perpisahan cerai atau kematian bagi sebagian orang menjadi jalan hidup dan takdir yang harus dijalaninya. 

Sangat berat pasti menjalaninya, apalagi kalau dari pernikahan itu sudah ada anak yang membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya secara seimbang.

Baca Juga: Jadwal Film TV Senin, 18 Januari 2021, Ada Film Laga Klasik 'Jaka Sembung Sang Penakluk' di MNCTV

Peran ayah merangkap sebagai ibu untuk pertama kali pasti akan terasa berat, kikuk, dan membuat beban pikiran. 

Sementara anak-anak setiap hari terus tumbuh di samping ayahnya. 

Bentrokan waktu, membagi waktu antara bekerja di luar dan memantau anak yang sementara diasuh saudara atau pengasuh yang kita bayar, akan memecah konsentrasi.

Baca Juga: BTS : Bukan Hanya Pemalu, Jungkook Remaja Ternyata Gampang Menangis, Kalau Sekarang?

Bagaimana caranya agar kita bisa membagi waktu dan perhatian terhadap anak, berikut redaksi Jurnal Gaya membagikan beberapa tipsnya:  

1. Sembuhkan dahulu diri sendiri

Kehilangan pasangan merupakan sebuah peristiwa menyakitkan dalam hidup. Baik itu akibat perceraian atau kematian. 

Kalau perceraian urusan anak biasanya menjadi hak ibunya apabila masih kecil. Terkadang juga berembuk membagi pengurusan anak kalau misalnya anak ada dua orang atau lebih.

Sebelum bisa mengurus anak, sembuhkan dulu luka hati kita. Luka hati yang paling dalam saat perpisahan itu karena terpisah oleh kematian. APalagi melihat anak-anak masih kecil dan masih membutuhkan perhatian ibunya.

Bila perlu menangis, maka menangislah. Bila perlu konseling maka carilah psikolog yang bisa membantu mengobati kesedihan. 

Hal terbaik untuk mengurangi kesedihan adalah membaginya dengan salah seorang sahabat terdekat.

Baca Juga: Sebanyak 19.435 Korban Gempa Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat Harus Mengungsi

2. Jangan buru-buru mencari pengganti pasangan

Berhati-hatilah dalam memilih calon pengganti. Fokus awal-awal setelah anak-anak kehilangan ibunya adalah jangan sampai mereka juga kehilangan kasih sayang dan waktu dari ayahnya. 

Perbanyak waktu luang bersama anak-anak. Untuk sementara kesempingkan dulu keingin mencari pasangan pengganti dalam waktu dekat. 

Biarkan anak-anak beradaptasi dengan rasa kehilangan mereka.

Bila perpisahan karena kematian, maka usahakan anak-anak tetap mengenang ibunya di hati mereka. Simpanlah baik-baik foto kenangan bersama dengan ibunya.  

Baca Juga: Jennie Puji Member BLACKPINK Lain Seksi Hingga Seperti Boneka, Siapa yang Dia Maksud?

3. Mintalah nasehat dari ibu atau saudara perempuan

Jangan malu untuk meminta saran dan nasehat dari ibu kandung, atau saudara perempuan yang sudah memiliki anak, bagaimana cara mengasuh anak. Bagaimana menghadapi sifat-sifat mereka. 

Sudut pandang perempuan dalam parenting biasanya lebih tajam karena mereka lebih berpengalaman.

Cobalah sebisa mungkin menerapkan saran-saran mereka. Sedikit adaptasi dengan posisi sebagai ayah tunggal. 

Semisal saat menidurkan anak, seorang ibu lebih suka menidurkan anak sambil mendongeng. Coba lakukan hal tersebut agar memori di otaknya merekam terus kebahagiaan anak memiliki seorang ayah yang mendongeng untuk anaknya.

Baca Juga: Kawasan Bisnis Mega Mas Manado Jadi Tempat Parkir Perahu Nyasar dan Banyak Sampah Bekas Banjir

4. Rencakan masa depan anak-anak kita

Saat bersama istri biasanya kita suka mengobrolkan bagaimana masa depan anak-anak berdasarkan karakter dan kesukannya.

Ke mana mereka akan sekolah, masuk jurusan apa, dan akhirnya nanti akan dikuliahkan ke mana. 

Bila istri masih ada, bila perpisahan karena perceraian obrolan masih bisa dilakukan dengan komunikasi telepon. Bila istri sudah meninggal maka hanya sang ayah yang bisa memutuskan sendiri. 

Gambarlah rencana masa depan anak-anak kita. Bila perlu dalam sebuah buku khusus, tuliskanlah, lalu bicarakan dengan anak-anak keinginan mereka ke depannya bagaimana.

Melibatkan anak-anak dalam urusan masa depan mereka sendiri akan menjauhkan kita dari stigma ayah otoriter.

Baca Juga: Tembus 5000 Orang Postif Covid-19, Satgas Garut memperketat Kembali Protokol Kesehatannya

5. Seimbangkan waktu dan perhatian

Bagilah waktu dan perhatian antara pekerjaan dengan anak-anak. 

Apabila di hari-hari biasa waktu tersita banyak untuk pekerjaan. Luangkanlah waktu di akhir pekan untuk melakukan sesuatu bersama-sama dengan anak. 

Tinggalkan ponsel, laptop, dan tablet yang berhubungan dengan pekerjaan. Fokus hanya pada anak di akhir pekan ini.

Baca Juga: Banyak Bencana di Indonesia, Prof Emil Salim: ‘Jangan Cari-cari Kesalahan, Tapi Cari Jalan Rasional'

6. Sering mengobrol dan berbagi bersama anak

Sering-seringlah anak-anak kita diajak berdiskusi, bahkan untuk hal remeh-temeh seperti mengganti sprei kasur, hordeng rumah, atau masalah sepele lainnya.

Anak-anak akan merasa dilibatkan dalam merawat rumah mereka sendiri. 

7. Bagikan kesedihan atas kehilangan dengan mengalihkan pada hobi  

Terkadang berusaha menyembuhkan diri sendiri adalah hal paling sulit. Coba alihkan kesedihan itu menjadi energi untuk melakukan kembali hobi-hobi yang dulu sempat tertunda.

Penulis sendiri lebih memilih mengalihkan kesedihan dengan menuliskan segala kesedihan di buku harian, medsos, dan menjadikannya buku. Writing for healing, itu yang salah satunya penulis lakukan selama ini.

Bagi yang memiliki hobi lain seperti catur, bermain game online, dll., Bisa mulai dicoba kembali.

Baca Juga: Jennie Puji Member BLACKPINK Lain Seksi Hingga Seperti Boneka, Siapa yang Dia Maksud?

8. Good parenting itu tidak mudah tapi bisa dipelajari dari pengalaman

Belajar good parenting menjadi ayah tunggal sekaligus duda keren memang tidak mudah, tapi itu semua bisa dipelajari dari berbagai pengalaman.

Banyak sekali grup-grup Facebook orang tua tunggal, artikel-artikel berbagi pengalaman, buku-buku yang ditulis ahli psikologi dan lain-lain, yang bisa kita pelajari sebagai seorang ayah tunggal.     

9. Sayangi diri sendiri

Apabila anak-anak sudah stabil dan menerima kehilangan mereka. Jangan lupakan diri kita sendiri. Sayangi diri kita sendiri. Luangkan waktu untuk me time, waktu untuk menyenangkan diri sendiri.

Lakukanlah hal-hal yang dianggap menyenangkan tanpa melibatkan anak-anak sewaktu-waktu. Memancing di lautan, memanjat gunung, moto cross di gunung, olah raga di pusat kebugaran, refleksi untuk menyegarkan kembali tubuh, memanjakan lidah dengan makan di restoran favorit, atau bagpacker ke kota lain untuk sekadar menyenangkan hati. Go for it

Bila perlu ambil cuti kerja untuk melakukannya. Kalian para ayah tunggal, single parent, dan duda keren layak untuk mendapatkannya.

Baca Juga: Kawasan Bisnis Mega Mas Manado Jadi Tempat Parkir Perahu Nyasar dan Banyak Sampah Bekas Banjir

10. Menikahlah bila waktunya sudah tepat

Saat dirasakan waktunya sudah tepat, tanyakan pada anak-anak bagaimana perasaan mereka kalau ayahnya ingin menikah kembali. 

Dekatkan juga calon ibu sambung mereka pada anak-anak dengan banyak melakukan kegiatan bersama. Liburan bersama anak-anak dan calon ibu barunya.***

*Artikel tersebut dibuat berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan dari bacaan sumber-sumber lainnya. 

   

 

 

Editor: Qiya Ameena


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x