Hasil Survey: Siswa Jenuh dengan Pembelajaran Daring, Ingin Segera Tatap Muka

28 Desember 2020, 06:31 WIB
Ilustrasi Pembelajaran Daring. Hasil Survey: Siswa Jenuh dengan Pembelajaran Daring, Ingin Segera Tatap Muka./ /PIXABAY/Alexandra Koch/Alexandra Koch

JURNAL GAYA - Peserta didik mulai jenuh dengan sistem pembelajaran daring atau online. Banyak diantara mereka mengaku dengan sistem daring siswa kurang paham dan mengerti materi yang diberikan terutama untuk pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, tugas yang menumpuk menjadi beban bagi siswa  maupun orang tua yang dengan sistem daring mengharusnya orang tua lebih aktif berinteraksi dengan sang anak.

Orang tua pun mulai memberikan berbagai respon dengan sistem daring ini. Terutama bagi orang tua yang status bekerja, dengan sistem daring tidak bisa secara ‘utuh’ mendampingi anak untuk pembelajaran daring. Bagi orang tua yang tidak bekerja dengan sistem daring ini tidak sepenuhnya memahami materi ajar yang diberikan guru kepada siswa. Hal ini disebabkan terbatas pemahaman orang tua mengenai  materi terutama untuk matematika dan ilmu pengetahuan Alam maupun fasilitas kelas daring yang digunakan.

Hal ini merupakan kesimpulan dari penelitian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2020 oleh Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Fisika tahun 2017 Siti Afifah Julfrikar Islamina pada responden 33 siswa kelas VIII i SMP Negeri 38 Bandung terkait “Kendala pembelajaran daring bagi siswa dan orangtua”.

Baca Juga: Gunung Gede Resmi Tutup Pendakian Hingga Usai Tahun Baru

Pada kegiatan KKN 2020, Afifah melakukan wawancara dengan sistem kuesioner kepada siswa dengan menggunakan google form dan kepada orang tua dengan whatsApp group orang tua siswa kelas VIII i SMPN 38 Bandung. Goggle form dimulai disebar tanggal 30 November 2020 dan ditutup  24 Desember 2020. Hasilnya cukup menarik dari 33 siswa hanya 5 (lima) siswa saja yang merespon google form dan 5 (lima) orang tua yang menjawab pertanyaan melalui whatsApp.

Untuk fasilitas daring yang digunakan di SMPN 38 adalah google classrom. Selain Quipper, whatsApp group. Siswa mengaku, untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam dengan sistem daring ada beberapa kesulitan terutama dalam memahami isi dan tidak adanya pendampinga orang tua. Sebanyak 50% responden belajar didampingi orang tua, namun tetap kurang memahami pelajaran IPA, khususnya untuk menghitung.

Walaupun hampir diakui semua responden yakni 100% siswa mengaku bahwa materi yang disajikan untuk pelajaran IPA  sangat menarik. Namun tetap mereka mengaku pembelajaran daring cukup merepotkan. Sebanyak 100% siswa mengaku ingin segera melakukan belajar tatap muka.

Baca Juga: Jungkook BTS Lagi-Lagi Membuat Banyak Orang Semakin 'Liar', Ini Penyebabnya

Jenuh, tidak ada kuota, kurang memahami materi dan tugas menumpuk menjadi alasan siswa ingin segera tatap muka. Selain itu, alasan kangen kebersamaan dengan teman-teman kelas dan guru di sekolah menjadi alasan kuat bagi siswa untuk dilakukan sistem pembelajaran tatap muka.

Sementara dari sisi orang tua sebanyak 20% responden mendampingi anak selama pembelajaran daring. Sebanyak 80% tidak mendampingi anak disebabkan bekerja. Respon orang tua dengan pembelajaran daring dinilai kurang efektif. Sebab untuk pembelajaran IPA membutuhkan penjelasan dari guru atau orang tua.

Dengan sistem daring siswa yang didamping orang tua masih menghadapi kesulitan untuk memahami dan mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Apalagi dengan siswa yang tanpa pendampingan orang tua mengaku sulit untuk memahami materi IPA.  Selain itu, fasilitas belajar dengan google class room dinilai masih adanya kesalahan komunikasi antara guru, siswa dan orang tua.

Baca Juga: Kepada Kadernya, Presiden PKS Targetkan 2024 Perolehan Suara Lebih Dari 15 Persen!

Walau ada 20% responden mengaku kuota internet jadi kendala, namun dengan adanya bantuan kuota dari Pemerintah tetap membuat orang tua maupun siswa untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka yang dinilai  ada interaksi antara siswa dengan guru. Selain itu, dengan pembelajaran daring banyak anak malas mengerjakan tugas karena anak menggunakan HP untuk bermain sosmed atau game.

Para orang tua berharap dengan pembelajaran daring sistem perlu lebih diperbaiki. Orang tua maupun siswa memahami pembelajaran daring cara efektif belajar ditengah pandemi covid 19. Mereka berharap rencana pembelajaran tatapan muka ke depan masalah protokol kesehatan di sekolah bisa diperhatikan.

Sementara Wakil Kepala Sekolah SMPN 38 Bandung, Ade Nur menilai, Pembelajaran daring adalah hal baru bagi kita, namun kondisi pandemi menjadi momentum bagi peserta didik dan guru untuk tanggap terhadap perubahan, karena pembelajaran daring menuntut semua pihak untuk lebih  kreatif dan inovatif serta mampu menguasai Teknologi Informasi.

Baca Juga: Jadi Mensos, Risma Tak akan Ubah kebiasaannya, Apa saja Kebiasaan yang Bikin Keder Bawahannya itu?

Hal ini pula menuntut peserta didik yang  kreatif dan punya ketertarikan yang  tinggi terhadap IT, serta variasi model dan metoda yang diberikan oleh guru akan menambah minat peserta didik terhadap pembelajaran daring.

Antusias peserta didik terhadap pembelajaran daring berbeda-beda, kurangnya partisipasi aktif dari peserta didik karena kurangnya daya dukung dan tingginya tingkat kejenuhan peserta didik yang belum terbiasa dengan pembelajaran daring.

“Menjelaskan Materi Pelajaran sebetulnya bisa disampaikan via video pembelajaran dan zoom meeting, tapi keterbatasan kapasitas gadget yang dimiliki oleh peserta didik untuk mendownload video pembelajaran atau penambahan aplikasi zoom meet menjadi kendala,” katanya.

Ia pun berharap, guru tdak  terlalu banyak memberi tugas, pembelajaran harus bervariasi, libatkan peserta didik, guru cukup memberikan materi-materi yang esensial. Ini penting agar anak tidak semakin jenuh dan enggan untuk belajar daring. (Siti Afifah Julfrikar Islamina)

Editor: Nadisha El Malika

Tags

Terkini

Terpopuler