Dwi mengatakan mitigasi bencana memang tidak bisa dilakukan dalam sekali pelatihan. Namun perlu diberi materi berkelanjutan dan harus digelar simulasi secara rutin. Sehingga harapannya mitigasi bencana bisa menjadi budaya di masyarakat.
Baca Juga: Cegah Praktek Korupsi, KPK Berikan Edukasi dan Sosialisasi di Bank bjb
Selain pemahaman masyarakat terhadap mitigasi bencana memerlukan adanya dukungan sarana dan prasarana seperti jalur evakuasi dan peta bencana juga menjadi unsur penting untuk meminimalisir korban jiwa.
"Jalur evakuasi dan peta bencana maka masyarakat bisa lebih cepat menghindar dari bahaya. Sebelum terjadi bencana harus bersiap dan sering berlatih, jangan tunggu sampai bencana. Ini merupakan bekal untuk mengurangi risiko korban dari bahaya gempa bumi dan tsunami," kata Dwi.
Baca Juga: Ridwan Kamil dan KPK Kumpulkan 27 Bupati/Walikota, Ada Apa?
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Kulon Progo Bambang Sutrisno mengaku pihaknya rutin mengadakan simulasi kebencanaan untuk kesiapan pemkab dalam upaya mitigasi bencana.
"Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan di sektor manapun, baik sisi sumber daya masyarakat (SDM) maupun sarana dan prasarananya. Selain itu, BPBD Kulon Progo sudah memiliki peta potensi bencana. Di tingkat desa juga sudah kami targetkan 75 desa tangguh bencana," katanya.***