Tiba-tiba Mengaku Khilaf Pimpin Partai Demokrat, Moeldoko Bahas Soal Pertarungan Jelang Tahun 2024

- 28 Maret 2021, 17:05 WIB
Moeldoko.
Moeldoko. /Tangkapan layar Instagram/

JURNAL GAYA - Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar biasa (KLB) Deli Serdang Moeldoko menyatakan ada tarikan ideologis dalam tubuh Partai Demokrat.

 

Selain itu, dia mengklaim ada pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024.

 

Menurut Moeldoko, pertarungan ideologis ini terstruktur dan mudah dikenali. Hal ini, menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.

 

"Ada sebuah situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yaitu telah terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024," kata Moeldoko dalam video yang yang diunggah melalui akun Instagramnya @dr_Moeldoko pada, Minggu, 28 Maret 2021.

Baca Juga: Kapolri Langsung Perintahkan Kadensus Terbang ke Makassar Dalami Bom Bunuh Diri

 

Hal itulah, lanjut dia, yang menjadi salah satu alasan dirinya bersedia menjadi ketua umum partai berlambang mercy.

 

"Jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa," ujar dia.

 

"Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan dijawab dengan baik oleh rekan-rekan sekalian," lanjut dia.

 

Tiga pertanyaan yang dimaksud Moeldoko tersebut, dilontarkannya saat diminta menjadi ketua partai versi KLB.

Baca Juga: Teror Bom di Makassar, Mabes Polri: Mohon Bersabar untuk Jaringannya Apa

 

Moeldoko bertanya kepada peserta KLB apakah pengangkatannya sesuai dengan AD/ART.

 

Pertanyaan kedua, seberapa serius kader Demokrat memintanya memimpin partai.

 

Terakhir, soal apakah para kader bersedia bekerja keras demi merah putih di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 

"Dan semua pertanyaan itu dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh, maka baru saya buat keputusan," ujar Moeldoko.

 

Moeldoko juga mengklaim bahwa dirinya tak mau membebani Presiden Joko Widodo ihwal kekisruhan di internal Demokrat.

 

"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki maka saya tidak mau membebani presiden," kata Moeldoko.

Baca Juga: Jokowi Kutuk Aksi Teror di Makassar, Intruksikan Kapolri Bongkar Jaringan Pelaku Hingga ke Akarnya!

 

ia mengaku khilaf tidak memberitahu kepada istri dan keluarganya atas keputusan yang telah diambil.

 

Yakni menerima mandat untuk memimpin partai Demokrat versi KLB.

 

"Tetapi saya juga terbiasa mengambil risiko seperti ini, apalagi demi kepentingan bangsa dan negara," ujar dia.

 

Selain itu ia juga sengaja tak memberi tahu Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena tak ingin membebani Presiden.

Baca Juga: Polisi Pastikan Salahsatu Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Makassa Berjenis Kelami Laki-laki

 

"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden. Saya juga khilaf, tidak memberitahu kepada istri dan keluarga," ujarnya.

 

Partai Demokrat terbelah dalam dualisme kepemimpinan. Selain Moeldoko, ada juga Agus Harimurti Yudhoyono yang berstatus sebagai Ketua Partai Demokrat.

 

Pemerintah hingga saat ini masih mengakui kepengurusan Demokrat di bawah kepemimpinan AHY.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x