Organda Jabar Minta Pemerintah Pusat Revisi Pelarangan Mudik Lebaran 2021: Kami Sudah Menjerit

- 8 April 2021, 18:55 WIB
Organda Jabar Minta Pemerintah Pusat Revisi Pelarangan Mudik Lebaran 2021: Kami Sudah Menjerit.
Organda Jabar Minta Pemerintah Pusat Revisi Pelarangan Mudik Lebaran 2021: Kami Sudah Menjerit. /Pikiran-Rakyat.com/Nurhandoko/

Baca Juga: Larangan Mudik Lebaran 6-17 Mei 2021, Berikut Daftar Kendaraan yang Dilarang Melintas dan Dikecualikan

Kondisi kurang menguntungkan pun melanda PT Kereta Api Indonesia. Manajer Keuangan PT KAI Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung Erwin menyampaikan, pandemi menjadi pukulan telak bagi BUMN tersebut.

Erwin memaparkan, tahun 2020 penurunan jumlah penumpang sangat tajam dan kerugian corporate selama pandemi mencapai Rp 1,75 triliun.

Memasuki 2021, pendapatan PT KAI memperlihatkan peningkatan dibanding 2020. Per Maret 2021, pendapatannya sebesar Rp322 juta per hari. Memasuki April 2021 mencapai Rp 600 juta per hari. "Namun dibanding kondisi normal masih jauh. Rata-rata kondisi normal kita Rp2,5 miliar per hari," jelasnya.

di era pandemi KAI pun mengandalkan daya dorong pendapatan melalui tes GeNose C-19. Pengguna GeNose C-19 yang setiap bulannya terus meningkat. GeNose digunakan sebagai syarat untuk memudahkan penumpang dalam melengkapi persyaratan perjalanan kereta api jarak jauh.

Baca Juga: Larangan Mudik Lebaran, Seluruh Moda Transportasi Dilarang Beroperasi 6 - 17 Mei 2021

Dari segi kebijakan ekonomi, Wakil Ketua Sub Divisi Kebijakan Ekonomi Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Jabar Yayan Satyakti menyebut pihaknya melakukan riset mengenai mudik. Hasilnya, ia mengestimasikan larangan mudik tak akan berpengaruh ke mobilitas masyarakat.

"Jadi, saya membuat estimasi larangan mudik tak akan berpengaruh ke mobilitas Jabar. Orang tetap mudik walaupun dilarang," ujar Yayan.

Hal tersebut, kata dia, diketahui dari hasil penelitian koefisien penurunan mobilitasnya hanya 13,6 persen, mobilitas menurun dibandingkan sebelum Idul Fitri. "Jadi, sisanya pada mudik. Pemerintah melarang biar ga 'ngabring teuing' (berkerumun, red)," sebutnya

Penurunan mobilitas yang cukup signifikan, terjadi pada awal pandemi di Maret 2020. Karena, saat itu semua orang tak beraktivitas. "Signifikansi pergerakan orang ke pandemik tinggi. Orang 100% nurut tak beraktivitas tak mau berkegiatan lainnya," tuturnya.

Halaman:

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah