202 Dokter Meninggal Akibat Covid-19, RAMA Segera Dioperasikan di Sejumlah Rumah Sakit

- 17 Desember 2020, 16:14 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /PIXABAY/fernandozhiminaicela

JURNAL GAYA - Telkom unit Digital Next Business (Telkom DXB) bekerja sama dengan Politeknik Negeri (Polines) Semarang mengembangkan solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA).

Robot cerdas tersebut segera dioperasikan pada ruang isolasi rumah sakit pemerintahan di Kota Semarang.

Koordinator Eksternal Pengembang RAMA dari Polines Semarang Eni Dwi Wardihani mengatakan, RAMA akan menjadi solusi efektif dalam pelayanan kesehatan ketika ratusan dokter wafat karena Corona.

Baca Juga: ShopeePay Bagikan Kiat Cerdas Skill Fotografi Agar Pemilik Usaha Makin Cuan di Tengah Pandemi

Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) hingga 15 Desember 2020 menyebutkan, 202 dokter se-Indonesia meregang nyawa karena virus Corona, salah satunya diakibatkan kontak erat dengan pasien. 

"Kami sudah mengembangkan dua versi RAMA dimulai dari April 2020 lalu," ujarnya, melalui siaran pers yang diterima Kamis, 17 Desember 2020.

Versi pertama diperkenalkan ke Gubernur Jateng Ganjar Pranowo per Juli lalu dengan spesifikasi bobot 28 kg, tinggi 150 cm, lebar 60 cm.

Baca Juga: KEREN! Diam-diam Gelandang Persib Dedi Dado Kusnandar Mengikuti Kursus Pelatih AFC

Sementara versi kedua diperkenalkan Desember ini dengan ukuran lebih praktis yang dilengkapi torsi motor dan teknologi Internet of Things dari Telkom DXB.

"Kedua versi memiliki fungsi sama yakni melayani pasien secara remote," katanya.

RAMA mampu mengangkut makanan dan obat-obatan untuk pasien, melaksanakan telemedicine yaitu komunikasi audiovisual dokter atau perawat dengan pasien, serta mampu bergerak otomatis atau dikendalikan secara jarak jauh.

Baca Juga: Pemain Persib Dedi Kusnandar: Variasi Latihan dengan Joging dan Bersepeda

Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA) hasil kerja sama Telkom unit Digital Next Business (Telkom DXB) dengan Politeknik Negeri (Polines) Semarang.
Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA) hasil kerja sama Telkom unit Digital Next Business (Telkom DXB) dengan Politeknik Negeri (Polines) Semarang. Dok. Telkom

Robot dirancang berbentuk rak tiga susun yang bergerak menggunakan roda mecanum empat buah.

Rak terdiri tiga susun terdiri yakni rak bawah untuk tempat makanan, rak tengah (minuman), dan rak atas (obat-obatan).

"Robot dilengkapi sarana komunikasi audio-visual dua arah sehingga pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan petugas medis," kata Kaprodi Magister Terapan Polines tersebut. 

Robot bergerak dengan kendali jarak jauh menggunakan teknologi radio frequency (RF) sehingga mampu menjangkau jarak cukup jauh.

Baca Juga: DOR! Gembong Narkoba Asal Surabaya Mati Saat Melawan Polisi

Kelebihan utama robot ini adalah kestabilan karena robot didesain dengan perbandingan tinggi dan lebar badan kecil, sehingga titik berat rendah.

Kelebihan lain, sambung Eni, adalah pemanfaatan mini PC sebagai prosesor utama sehingga mengurangi beban fisik tanpa mengurangi kinerja sistem.

Fungsi Mini PC adalah sebagai “mata” bagi robot, sekaligus sebagai sarana komunikasi antara robot dan petugas.   

Baca Juga: TEGAS! Polda Metro Tidak Keluarkan Izin Aksi 1812

Penggunaan roda mecanum juga memudahkan pengendalian gerakan robot oleh operator.

Robot digerakkan motor tipe mecanum yang mampu bergerak omnidireksional. Prosesor utama robot beruap Arduino Mega yang memiliki cukup fitur baik antarmuka, CPU, dan memori.

I Ketut Agung Enriko, Senior Manager IoT Platform Telkom DXB, menambahkan, pihaknya menggunakan platform WebRTC untuk keperluan akses komunikasi video pada robot cerdas tersebut.

Baca Juga: 5 Alternatif Liburan Tahun Baru Saat Pandemi, Saat Perayaan Dilarang Pemerintah

WebRTC adalah platform video call kode terbuka (open source) sebagai penunjang layanan video call antara tenaga kesehatan dengan pasien yang sedang menjalani isolasi.

"Video call tersebut berjalan menggunakan intranet, tidak menggunakan intranet karena sinyal di ruangan-ruangan isolasi sulit dan tidak stabil. Sejauh ini layanan mulis dengan speed saat video call mencapai 100 Mbps," ujar doktor Teknik Elektro Universitas Indonesia tersebut.

Menurut dia, dari sisi akses telekomunikasi, RAMA hanya memerlukan investasi dalam pengadaan perangkat WiFi berupa akses poin yang harus banyak dipasang di ruangan isolasi tersebut. 

Baca Juga: Sidang Praperadilan Habib Rizieq Digelar 4 Januari Tahun Depan

"Inilah keunggulan utama dari robot sejenis yang biayanya mahal karena mayoritas suku cadang harus diimpor. Ini versi sederhana namun fungsinya setara dengan yang lainnya," katanya.

Menurut Enriko, keterbatasan tenaga kesehatan melayani seiring banyaknya korban meninggal dokter dan perawat akibat Corona, maka sangat bisa disiasati dengan kreasi robot buatan yang multifungsi tersebut.

Selain Eni, RAMA juga dikembangkan dosen Polines Semarang lainnya yaitu Bambang Supriyo, Wahyu Sulistyo, Bagus Yunanto, dan Amin Suharjono. Sementara mahasiswa terlibat antara lain Abbas Kiarostami Permana, Ainur Rofik, dan Wahyu Hidayat.***

Editor: Nadisha El Malika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah