JURNAL GAYA - Peserta didik mulai jenuh dengan sistem pembelajaran daring atau online. Banyak diantara mereka mengaku dengan sistem daring siswa kurang paham dan mengerti materi yang diberikan terutama untuk pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, tugas yang menumpuk menjadi beban bagi siswa maupun orang tua yang dengan sistem daring mengharusnya orang tua lebih aktif berinteraksi dengan sang anak.
Orang tua pun mulai memberikan berbagai respon dengan sistem daring ini. Terutama bagi orang tua yang status bekerja, dengan sistem daring tidak bisa secara ‘utuh’ mendampingi anak untuk pembelajaran daring. Bagi orang tua yang tidak bekerja dengan sistem daring ini tidak sepenuhnya memahami materi ajar yang diberikan guru kepada siswa. Hal ini disebabkan terbatas pemahaman orang tua mengenai materi terutama untuk matematika dan ilmu pengetahuan Alam maupun fasilitas kelas daring yang digunakan.
Hal ini merupakan kesimpulan dari penelitian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2020 oleh Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Fisika tahun 2017 Siti Afifah Julfrikar Islamina pada responden 33 siswa kelas VIII i SMP Negeri 38 Bandung terkait “Kendala pembelajaran daring bagi siswa dan orangtua”.
Baca Juga: Gunung Gede Resmi Tutup Pendakian Hingga Usai Tahun Baru
Pada kegiatan KKN 2020, Afifah melakukan wawancara dengan sistem kuesioner kepada siswa dengan menggunakan google form dan kepada orang tua dengan whatsApp group orang tua siswa kelas VIII i SMPN 38 Bandung. Goggle form dimulai disebar tanggal 30 November 2020 dan ditutup 24 Desember 2020. Hasilnya cukup menarik dari 33 siswa hanya 5 (lima) siswa saja yang merespon google form dan 5 (lima) orang tua yang menjawab pertanyaan melalui whatsApp.
Untuk fasilitas daring yang digunakan di SMPN 38 adalah google classrom. Selain Quipper, whatsApp group. Siswa mengaku, untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam dengan sistem daring ada beberapa kesulitan terutama dalam memahami isi dan tidak adanya pendampinga orang tua. Sebanyak 50% responden belajar didampingi orang tua, namun tetap kurang memahami pelajaran IPA, khususnya untuk menghitung.
Walaupun hampir diakui semua responden yakni 100% siswa mengaku bahwa materi yang disajikan untuk pelajaran IPA sangat menarik. Namun tetap mereka mengaku pembelajaran daring cukup merepotkan. Sebanyak 100% siswa mengaku ingin segera melakukan belajar tatap muka.
Baca Juga: Jungkook BTS Lagi-Lagi Membuat Banyak Orang Semakin 'Liar', Ini Penyebabnya
Jenuh, tidak ada kuota, kurang memahami materi dan tugas menumpuk menjadi alasan siswa ingin segera tatap muka. Selain itu, alasan kangen kebersamaan dengan teman-teman kelas dan guru di sekolah menjadi alasan kuat bagi siswa untuk dilakukan sistem pembelajaran tatap muka.