Sahabat Rasulullah yang Diberi Gelar Al Faruq, Berani Lontarkan Kritik Demi Kemaslahatan Umat

- 9 Mei 2021, 04:00 WIB
Ilustrasi kisah sahabat Nabi.
Ilustrasi kisah sahabat Nabi. /Pixabay.com/jpeter2

JURNAL GAYA - Rasulullah shalallahu alaihi wassalam (SAW) memberi gelar 'Al Faruq' kepada salah satu sahabatnya, yakni  Umar bin Khattab.

Gelar mengandung arti sebagai 'pembeda' atau 'pemisah'. Maksudnya, Allah telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak dan yang batil.

Berkat ketauladanannya, sampai-sampai Rasulullah SAW melukiskan kedekatannya dengan berkata, "Jika saja Allah mengizinkan harus ada nabi lainnya setelah aku, dia tidak lain adalah Umar."

Umar memang satu-satunya orang yang berani menyampaikan pikiran dan gagasan-gagasan di hadapan Nabi SAW, bahkan tak jarang kritik untuk kemaslahatan umat.

Misalnya, dalam satu kesempatan bersama Rasul, Umar mengusulkan kepada Nabi agar memerintahkan istri-istrinya memakai hijab (tirai) dengan maksud agar mereka berbicara dengan tamu-tamunya dari belakang hijab.

Menurut Umar, karena yang berbicara dengan mereka tidaklah semua orang baik, ada pula yang jahat. Tak lama kemudian, turunlah ayat tentang hijab yang membenarkan pendapat Umar.

Baca Juga: Liga 1 Tanpa Degradasi Bakal Dibahas Dalam Kongres Tahunan PSSI, Plt Sekjen: Nanti Kongres yang Memutuskan

Ketika menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar tak segan-segan menindak siapa pun yang melanggar hukum.

"Sekalipun aku ini keras, tapi sejak semua urusan diserahkan kepadaku, aku menjadi orang yang sangat lemah di hadapan yang hak," ujar Umar di depan rakyatnya.

Soal keadilan yang keras ditegakkan Umar ini, ada kisah menarik.

Suatu ketika, putra Amru bin 'Ash (gubernur Mesir) berpacu kuda dengan penduduk setempat. Lalu mereka berselisih dalam menentukan pemenangnya.

Putra Amru marah dan memukul orang Mesir tadi, seraya berkata, "Aku ini putra dua orang yang mulia."

Mendapat aniaya, orang Mesir tersebut mengadu kepada Umar. Dengan nada berang, Umar memanggil gubernur Amru dan anaknya.

Umar lalu menyuruh orang Mesir memukul gubernur Amru, dengan demikian putranya tak akan lagi berani sewenang-wenang.

"Sejak kapan kamu memperbudak manusia padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan bebas merdeka," bentak Umar kepada Amru.

Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta 8 Mei 2021, Nino Berharap Reyna Sebagai Anaknya

Meski kerap bertindak tegas, Umar senantiasa memperhatikan masyarakatnya saat itu.

"Aku abdi kalian, kalian harus mengawasi dan menanyakan segala tindakanku. Salah satu hal yang harus diingat, uang rakyat tidak boleh dihambur-hamburkan. Aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat."

Itu merupakan salah satu kutipan pidato Umar bin Khattab tak lama setelah dibaiat menjadi khalifah (pemimpin umat Islam) menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq yang meninggal karena sakit itu, mengajarkan betapa prinsip dan nilai kemanusiaan dan keadilan harus menjadi pegangan utama seorang pemimpin.

Bagi Umar, hanya dengan sikap pemimpin yang demikianlah rakyat yang mengamanatinya akan merasakan kedamaian, kesejahteraan, dan solidaritas tak berbatas.

Bertubuh tegap, hitam, dan tinggi, Umar yang dilahirkan pada 581 M ini dikenal sangat keras dan tegas dalam pendirian.

Saking kerasnya itu, ia disegani dan ditakuti di kalangan masyarakatnya, suku Adi. Suku Adi termasuk dalam rumpun suku Quraisy.

Kedua orang tua Umar, Khattab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim, berasal dari suku Adi.

Umar saat remaja dikenal sebagai pegulat dan sering mempertontonkan kebolehannya dalam pesta tahunan pasar Ukaz, Mekkah.

Baca Juga: Ketua MPR Bambang Soesatyo Meminta Pemerintah Tegas Hentikan Teror di Papua

Dia telah memiliki banyak kelebihan dan kejeniusan, antara lain dapat memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi, serta memiliki sikap santun dan jiwa kepemimpinan.

Berkat kelebihannya itu pula, tak jarang ia dipercaya mewakili sukunya dalam berbagai acara maupun perundingan dengan suku lain. Peran itu membuat dirinya terkenal di kalangan orang-orang Arab jahili.

Rasulullah SAW sendiri mengakui dan memuji kelebihan Umar tersebut.

Sebelum masuk Islam, Umar dikenal sangat keras menentang seruan Muhammad SAW. Bahkan, ia pernah mengadakan percobaan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW.

Ketika mendengar adiknya, Fatimah, dan suaminya masuk Islam, ia sangat murka. Namun, sikap keras itu berubah sejak dirinya masuk Islam.

Berislamnya Umar lalu diikuti keluarganya, seperti Abdullah dan istrinya, Zainab binti Ma'zun, tokoh suku serta para pengikutnya.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x