Siti Soendari, Perempuan Indonesia yang Suarakan Nasib Perempuan di Belanda dengan Bahasa Melayu

- 27 Oktober 2020, 12:36 WIB
/museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id

Baca Juga: Kemendikbud Sentil Perguruan Tinggi, Banyak Kampus Jadikan Fakultas Kedokteran Tambang Uang

O, itu jangan sekali-kali. Tetapi kita orang harus juga mengingati zaman: yaitu adatnya sendiri yang tidak baik harus dilempar yang baik harus dipakai dan yang kurang baik harus diperbaiki.

Lain dari itu jika ada yang suka belajar agama Islam, harus diperkenankan, tetapi jangan dengan paksa. Perihal perlu-tidaknya mengadakan guru perempuan bagi saya cuma ada pendapatan satu.

Tentu saja kita perlu mempunyai guru perempuan bangsa kita sendiri, lebih banyak lebih baik. Pekerjaan guru itu sesungguhnya pekerjaan perempuan, sebab kita orang perempuan sudah dikodratkan jadi penuntun anak.

Baca Juga: Ridwan Kamil Perpanjang Lagi PSBB Bodebek, Kali Ini Bahkan Hampir Sebulan

“…PEKERJAAN GURU ITU SESUNGGUHNYA PEKERJAAN PEREMPUAN, SEBAB KITA ORANG PEREMPUAN SUDAH DIKODRATKAN JADI PENUNTUN ANAK…”

Bagimanakah pengajaran bakal guru-guru perempuan? Hal ini tersilah kepada sekalian yang mengerti hal itu. Cuma saya hendak memperingatkan demikian sedapat-dapat, yaitu artinya jikalau tidak bertentangan dengan keperluan penting, pelajaran guru perempuan haruss sama dengan pelajaran bagi guru laki-laki.

Paduka tuan President. Pada pengabisan, kita berdo’a pada Tuhan Allah, moga moga terdapatlah apa yang dikehendakkan oleh kongres ini.

Pada saät ini maka Rohnya almarhumah R. A. KARTINI melihat daya-upaya kita. Rohnya R. A. KARTINI itulah suluh kita. Amin! Dari sebab tuan Voorzitter sudah mengizinkan saya berkata di tempat ini, tidak lain saya menghaturkan banyak terima kasih.*

Halaman:

Editor: Firmansyah

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah