Saat Demo Tolak Omnibus Law Cipta Kerja Dilempari Batu, Polisi Teriak-Teriak Minta Tolong FPI

- 13 Oktober 2020, 21:38 WIB
Polisi mengamankan aksi demo 13 Oktober yang berakhir ricuh.
Polisi mengamankan aksi demo 13 Oktober yang berakhir ricuh. /PIKIRAN RAKYAT.COM

JURNALGAYA - Istana Negara nyaris dikepung sejumlah Ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni (PA 212) Selasa 13 Oktober 2020. Mereka menggelar demo bertajuk Aksi 1310 Menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Saat aksi unjuk rasa berakhir, terjadi kericuhan. Namun, kericuhan bukan dilakukan oleh orang-orang beratribut ormas Islam yang biasa mengenakan baju putih.

Namun kericuhan dilakukan ratusan remaja. Terlihat mereka terlibat aksi lempar batu dan bakar jalan.

Dengan pengeras suara, polisi tak henti-henti meminta agar para perusuh berhenti melakukan pelemparan. Sehingga tembakan ke udara juga dilepaskan oleh kepolisian.

Baca Juga: Banyak Versi UU Cipta Kerja, Para Kepala Daerah Mengaku Kebingungan

Bahkan polisi pun sempat meminta tolong agar anggota FPI ikut membantu menenangkan para perusuh. Polisi terus menimbau agar semua pihak bisa tenang.

"Tolong yang dari FPI jagain, jangan ada yang anarki. Tidak ada yang terpancing, tidak ada yang terprovokasi, semua tenang," teriak anggota polisi dalam pengeras suara.

"Aksi ini aksi damai," kata polisi.

Dalam kesempatan itu polisi meyakini ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba.

Lagi-lagi, polisi meminta bantuannya pada para anggota FPI. "Teman-teman semuanya tetap tenang. Ada kelompok-kelompok tertentu yang ingin mengadu."

"Teman-teman FPI tolong jagain, kita bekerja sama iya kita bekerja sama, tidak ada yang rasis," imbau polisi.

Baca Juga: Bikin Malu, World Bank Bongkar Indonesia Masuk 10 Negara Pengutang Terbesar di Dunia

Demi menenangkan para perusuh, polisi itu meyakinkan bahwa pihaknya tidak bergerak.

"Kami dari pihak kepolisian tidak ada yang bergerak, kami dari kepolisian tidak ada yang bergerak. Itu teman-teman yang ada di belakang jangan ada yang melempar," serang polisi.

Terdengar polisi berulang kali meminta bantuan FPI karena kewalahan dengan aksi perusuh. Sehingga, polisi juga mengucapkan rasa terima kasih bagi FPI yang ikut membantu berusahan menenangkan para perusuh.

"Teman-teman FPI tolong dibantu, kami tidak akan bergerak , kami dari kepolisian tidak akan bergerak."

"Terima kasih teman FPI yang membantu kami, terimakasih teman-teman FPI yang membantu kami," ungkap polisi.

Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja mengundang kontroversi berbagai pihak.

Baca Juga: Tak Ada Lagi BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri Dalam Waktu Dekat Ini

Buruh, mahasiswa, pelajar hingga aktivis turut menyampaikan penolakannya atas undang-undang yang dianggap merugikan kalangan bawah itu.

Tadi siang berbagai organisasi masyarakat, seperti FPI, GNPF Ulama, PA 212 hingga HRS Center menggelar demo penolakan terhadap UU Cipta Kerja di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta pada Selasa 13 Oktober 2020.

Usai Adzan Dhuhur para pengunjuk rasa mulai berdatangan. Mereka berjalan dengan tenang.

Terlihat ribuan orang memadati jalan dengan memakai pakaian serba putih dengan masker menutupi wajah mereka.

Meski demikian, jaga jarak sulit dilakukan lantaran padatnya aksi unjuk rasa ini. Mereka juga membawa bendera merah putih pada aksi tersebut.

Terdengar ada beberapa orang berorasi untuk menolak UU Cipta Kerja. Dalam orasi itu, mereka sempat mengucapkan ulang tahun Tentara Nasional Indonesia.

"Pertama untuk TNI selamat ulang tahun 5 Oktober lalu, hidup TNI, hidup TNI," kata orator.

Kemudian orator menyinggung cita-cita para pendiri bangsa agar orang Indonesia bisa sejahtera di negaranya sendiri.

"Kita lahir karena revolusi, kita lahir karena perjuangan para pendiri bangsa dan negara, para pendiri bangsa dan negara sudah bertakat untuk mencapai apa yang diinginkan dan dicita-citakan," jelas orator.

Menurutnya, para pendiri bangsa ingin WNI menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

Baca Juga: Kepulangan Habib Rizieq Shihab Tinggal Menghitung Hari setelah Pencekalannya Dicabut

Orator mengatakan, pendiri bangsa tentu tak ingin masyarakat Indonesia kembali menderita seperti pada masa penjajahan. Sebaliknya, Indonesia harus bisa bersaing dengan negara lain.

"Kedua Ingin menyejahterakan rakyat Indonesia, sehingga tidak menderita seperti apa yang dialami selama penjajahan."

"Pendiri kita menginginkan bangsa Indonesia mengejar bangsa dan negara lain yang sudah maju," seru orator.

Dengan adanya UU Cipta Kerja, orator mengatakan bahwa warga Indonesia akan bisa merasakan apa yang terjadi di masa lalu.

Di mana warga Indonesia justru menjadi budak di negaranya sendiri. "Kenapa kita berdemontrasi, undang-undang itu jika jadi, rasa-rasanya kita akan jadi babu di negara sendiri," pungkasnya.***

Editor: Dini Yustiani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x